INTERNASIONAL

Ramadhan di Xinjiang: Menderita di Bawah Tekanan China

Ceramah tentang “nilai-nilai inti sosialis” juga sering diadakan untuk “menyambut Ramadan” sebagaimana dilaporkan media pemerintah China, Global Times, tahun lalu.

Erkin menggambarkan ceramah seperti itu akan menjadi kesempatan bagi pejabat pemerintah untuk memberi instruksi pelarangan mengucapan salam seperti “Assalamua’alaikum”.

Kampanye Balasan ‘Fast From China’

Berbagai tekanan yang membuat umat Muslim di Xinjiang takut berpuasa dan menjalankan ibadah lainnya memunculkan sebuah kampanye bertajuk #FastFromChina. Lewat kampanye ini, aktivis di seluruh dunia menyerukan umat Islam dan pendukung hak asasi manusia untuk berhenti membeli produk-produk China sebagai wujud dukungan terhadap minoritas Muslim China yang tertindas.

“China adalah satu-satunya tempat di dunia di mana umat Islam tidak boleh berpuasa,” tulis situs ‘Save Uighur’ saat mengumumkan kampanye tersebut.

“Kami menyerukan kepada orang-orang yang peduli pada kebebasan beragama untuk tidak membeli produk China selama bulan Ramadan,” sambung mereka.

“Ramadhan adalah tentang mengurangi konsumsi dan berbagi lebih banyak. Jadi mari kita berpuasa [produk] China sebagai solidaritas untuk mereka yang tidak bisa berpuasa di sana.”

Cuitan di Twitter dan unggahan Facebook yang berisi tagar #FastFromChina telah diunggah dari banyak negara termasuk AS, Australia, Inggris, dan negara-negara Timur Tengah.

“Ramadan kali ini, jangan hanya puasa makan dan minum, tapi juga puasa dari produk buatan China,” Aydin Anwar, warga Amerika keturunan Uighur di akun Twitter-nya.

“Ini akan menjadi langkah besar ke depan dalam menantang genosida China terhadap etnis Uighur,” sambung Anwar.

Sumber: Bisnis.com/ABC/CNN.

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button