Remaja Protestan Singapura Rencanakan Serangan ke Masjid
Ditambahkan MHA, remaja itu awalnya berencana menggunakan senapan seperti Tarrant, tapi kemudian memutuskan memakai belati setelah kesulitan membeli senjata api di Singapura yang menerapkan aturan ketat soal kepemilikan senjata api.
MHA mengatakan remaja itu mengaku “memperkirakan dua hasil—ditangkap sebelum melakoni serangan, atau melaksanakan rencana kemudian dibunuh polisi.
“Rencananya sangat matang, dia tahu akan mati dan bersiap untuk mati,” kata Menteri Hukum dan Dalam Negeri, K Shanmugam, kepada media setempat.
MHA menambahkan, remaja itu beraksi sendirian dan “tiada indikasi dia mencoba mempengaruhi siapapun… atau melibatkan orang lain dalam rencana serangannya”.
Aparat mengaku menerima petunjuk pada November 2020 lalu, dan segera menangkapnya.
Dalam serangan terhadap dua masjid di Christhurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019 lalu, 51 orang tewas akibat ditembak oleh Tarrant, yang kini dipenjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat.
Puluhan umat Islam yang menjadi korban kebiadaban Tarrant itu sedang melaksanakan salat Jumat. Hingga kini, insiden itu adalah penembakan massal terburuk sepanjang sejarah Selandia Baru.
sumber: bbc news indonesia