SIRAH NABAWIYAH

Saat Kekuatan Muslim Centang Perenang

Kekuatan Muslim akan berantakan manakala ada sebagian dari mereka yang sudah tergoda dunia dan mengabaikan perintah dan larangan.

Turunnya pasukan pemanah dari atas bukit ke bawah, untuk turut mengumpulkan barang ghanimah (rampasan perang), adalah awal malapetaka yang melanda pasukan Muslim dalam Perang Uhud. Padahal sebelumnya mereka telah dipesankan oleh Rasulullah Saw, dalam kondisi apa saja supaya tetap bertahan dalam posisinya.

Rupanya godaan harta rampasan perang telah masuk ke dalam jiwa empat puluh orang pasukan pemanah. Mereka turun untuk mendapatkan harta rampasan perang. Padahal sebagian kecil pasukan lainnya masih bertempur dan sebentar lagi akan meraih kemenangan.

Abdullah bin Jubair, komandan pasukan pemanah telah mengingatkan pasukannya itu. Tapi tak dihiraukan. Ibnu Jubair bertahan hanya dengan sembilah pasukan lainnya. Total sepuluh orang.

Tak disangka, pasukan kavaleri Khalid bin Walid (yang saat itu masih di barisan kaum musyrik) memang tengah menunggu saat-saat seperti ini. Dia berjalan memutar dan tiba-tiba sudah berada di belakang pasukan kaum Muslimin. Ibnu Jubair dan sembilan rekannya syahid setelah diserang tentara Khalid. Kemudian mereka pun menyerang kaum Muslimin dari belakang. Kondisi berbalik, tentara kaum Muslimin kocar kacir dan lari tunggang langgang.

Saat Muslimin terjepit, banyak di antara mereka kehilangan kendalinya. Tidak ada yang dipikirkan kecuali keselamatan diri. Mereka lari dan meninggalkan kancah pertempuran. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di belakang mereka setelah itu. Bahkan di antara mereka ada yang kembali ke Madinah. Sebagian yang lain ada yang berlari ke atas gunung dan sebagian yang lain ada yang berbaur dengan orang-orang musyrik. Dua pasukan paling bercampur baur dan sulit dibedakan, sehingga tak jarang orang Muslim ada yang menyerang orang Muslim lainya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Pada saat Perang Uhud, orang-orang musyrik sudah kalah telak. Lalu ada seorang iblis berseru, ‘hai hamba-hamba Allah, waspadailah orang-orang di belakang kalian!’ Keadaan menjadi berbalik dan mereka menjadi campur aduk. Hudzaifah segera menyadari hal ini. Dia yang bersama ayahnya, Al-Yaman, berteriak-teriak, “Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku!” dia khawatir ayahnya menjadi korban salah sasaran. Namun tak ada orang yang menghalangi mereka, tatkala mereka membunuh ayahnya. Akhirnya Hudzaifah hanya berkata, “Semoga Allah mengampuni kalian.”

Ini terjadi saat barisan menjadi kacau balau, centang perenang dan keadaan menjadi hingar bingar. Mereka tidak tahu harus menghadap kemana. Apalagi, tiba-tiba ada seseorang berteriak, “Muhammad telah terbunuh.”

Mental orang Muslim seketika itu menjadi anjlok dan semangat mereka menjadi hilang, atau tepatnya semangat itu hampir tak tersisa dalam sanubari kebanyakan orang Muslim. Pertempuran berhenti dan banyak di antara mereka yang meletakkan senjata. Sebagian lain ada yang berpikir untuk berhubungan dengan Abdullah bin Ubay, pemimpin orang-orang munafik, dengan tujuan mencari perlindungan dirinya dari serangan Abu Sufyan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button