NUIM HIDAYAT

Sebelum Tragedi WTC 2001, Tidak Ada Istilah ‘Islam Moderat’

“Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.” (QS Ali Imran 91)

Saat ini pemerintah mempunyai program deradikalisasi. Program ini sebenarnya bagus. Yaitu melarang masyaakat untuk berbuat kekerasan seenaknya. Tapi nyatanya program ini juga mengarah kepada pluralisme agama. Program ini tentu berbahaya bagi akidah Islam.

Dalam Islam, agama yang benar hanyalah Islam. Agama lain salah. Menurut Prof Naquib al Attas, hanya Islam yang agama wahyu. Selain Islam agama budaya.

Maknanya hanya Islam agama yang bersumber dari Yang Maha Kuasa. Sedangkan agama lain hanya karangan manusia. Bibel misalnya, menurut ahli teologi dari mereka sendiri, diduga hanya sekitar 19% yang dipercaya dari Nabi Isa. Selain itu karangan manusia (‘murid-murid Nabi Isa’).

Dalam QS Ali Imran di atas, nyata dijelaskan bahwa hanya yang menganut agama Islam yang bisa selamat dari api neraka. Harga iman kita adalah emas sepenuh bumi. Mungkinkah orang kafir mendatangkan emas sepenuh bumi? Tidak mungkin.

Ini maknanya bahwa harga iman kita adalah nyawa kita. Lebih baik kita mati daripada kita menganut agama lain (murtad).

Istilah wasathiyah (moderat) dalam Islam atau Islam moderat kurang tepat. Islam selain ‘moderat’ juga adil, penuh hikmah, ihsan dan lain-lain. Apakah akan dikembangkan juga Islam adil, Islam hikmah, Islam ihsan dan lain-lain?

Karena itu Rasulullah, para sahabat maupun ulama-ulama yang saleh, tidak pernah mengembangkan Islam Moderat.

Islam itu kadang moderat kadang tidak. Pada orang kafir yang memerangi Islam, maka kita tidak boleh moderat. Kita harus keras seperti mereka. Pada orang kafir yang tidak memerangi Islam (‘dzimmi), kita bersikap lunak juga.

Ketika kita dijajah Portugis dan Belanda, tidak ada tokoh-tokoh Islam yang bersifat moderat. Mereka berani bersikap radikal. Kedua penjajah itu telah banyak membunuh manusia dan menyebarkan misi Katolik/Kristen, maka kaum Muslim saat itu juga bersikap keras terhadap mereka. Nyawa dibalas nyawa (jihad/qital/qishash).

Jadi bila kaum kafir tidak memerangi kita secara fisik, kita juga tidak memeranginya dengan fisik. Bila mereka memerangi dengan pemikiran –seperti yang terjadi saat ini- kita juga harus memeranginya dengan pemikiran. Bukan malah ikut agenda mereka, jadi pak turut ikut-ikutan memberi istilah Islam Moderat.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button