NUIM HIDAYAT

Sebelum Tragedi WTC 2001, Tidak Ada Istilah ‘Islam Moderat’

Istilah Islam Moderat itu, bila kita telaah asalnya dari pemerintah Amerika, setelah tragedi WTC (2001).

Saat itu Amerika membagi Islam kepada dua kelompok, yaitu Islam Radikal dan Islam Moderat. Islam Radikal adalah mereka yang melawan pemerintah Amerika, sedang Islam Moderat adalah mereka yang ‘tunduk’ kepada agenda-agenda pemerintah Amerika.

Amerika meluncurkan jutaan dolar ke seluruh dunia untuk program ini. Agenda mereka Islam moderat itu agar berkawan dengan mereka, turut pada mereka dan setuju dengan pluralisme agama (paham penyamaan agama, paham bahwa semua agama sama akan masuk surga).

Tentu kaum Muslim seharusnya menolak program ini. Kita bukan Islam Radikal bukan pula Islam Moderat. Islam ya Islam.

Dalam Al-Qur’an dan Hadits, tidak ada istilah Islam Moderat atau Islam Radikal. Para ulama sebelum tragedi WTC 2001 tidak pernah ada yang menamakan dirinya penganut Islam moderat.

Bila kita telaah sejarah dunia, justru Islam lah yang mengenalkan toleransi (tasamuh). Lihatlah bagaimana toleransinya umat Islam di abad 8 sampai 15 di Andalusia. Para ilmuwan dan pendeta saat itu belajar pada ilmuwan atau ulama di Andalusia.

Kaum Muslimin saat itu tidak ada yang membunuh orang non Muslim seenaknya. Kecuali kalau mereka menzalimi atau memerangi fisik umat Islam.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Justru air susu dibalas dengan air tuba. Kaum Muslim yang tasamuh, justru malah diradikali/diperangi oleh kaum Nashrani.

Raja Ferdinand dan Ratu Isabella (‘Katolik’) justru melakukan pembunuhan sadis kepada umat Islam. Ratusan ribu kaum Muslim terbunuh saat itu. Mereka dipaksa dengan tiga pilihan: masuk agama Katolik, keluar dari Andalusia atau tetap beragama Islam dan dibunuh. Kasus besar dalam sejarah ini, menyebabkan Paus kemudian minta maaf.

Pemerintah Amerika juga harusnya minta maaf atas kelakuannya saat ini terus mendukung Israel dan telah membunuh lebih dari satu juta kaum Muslim Irak.

Jadi kalau kita telaah, prinsip Islam itu kalau dalam perang fisik ‘defensif’, kalau dalam dakwah harus agresif. Lihatlah bagaimana Rasulullah bersabar sekitar 15 tahun, sebelum terlibat dalam Perang Badar. Tapi dalam dakwah Rasul agresif.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button