OPINI

Seharusnya BNPT dan Densus 88 Berterima Kasih kepada Ketiga Ustaz yang Ditangkap

Penangkapan ketiga ustaz pada Selasa, 16 November 2021 lalu mengagetkan publik dengan tuduhan terlibat dalam aktivitas terorisme. Tuduhan ini dikaitkan dengan organisasi Jamaah Islamiyah (JI) yang sudah berubah secara drastis sejak lama pada 14 tahun yang lalu (tahun 2007). 

Publik bertanya tanya tentang tuduhan tersebut apakah dapat dipercaya begitu saja mengingat aktivitas ketiga ustaz ini selama ini tidak pernah terlihat mempromosikan kekerasan apalagi teror. Oleh sebab itu, penulis ingin membantah tuduhan tersebut dengan pengetahuan dan pengalaman penulis ketika berinteraksi dengan ketiga orang tersebut.

Pertama tentang Ustaz Farid Ahmad Okbah (FAO), Ustaz FAO merupakan santri seorang habib tasawuf/sufi (Penulis lupa namanya) di Bangil, Jawa Timur yang mengajarkan tentang masalah manajemen hati dan perilaku manusia dengan akhlakul karimah. Setelah nyantri dengan habib tersebut, Ustaz Farid saat itu ingin melanjutkan pendidikan tetapi tidak mempunyai biaya, akhirnya beliau mendengar LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Arab) membuka pendaftaran dan akan memberikan uang saku setiap bulannya bagi pelajar yang diterima, maka beliau langsung mendaftar karena tidak perlu mengeluarkan biaya malahan mendapat biaya kehidupan setiap bulannya.

Awalnya nama FAO tidak tercantum dalam daftar pelajar yang diterima, tetapi FAO setiap hari mendatangi LIPIA mempertanyakan kenapa namanya tidak masuk dalam daftar. Setelah selama sebulan bolak-balik ke LIPIA akhirnya pihak LIPIA mau mengungkap alasan FAO tidak diterima yaitu hasil tesnya melampaui standar sehingga seharusnya beliau langsung belajar di semester akhir. Akhirnya setelah pihak LIPIA mau menerima, beliau langsung diterima di semester 4 (empat) dan setelah lulus langsung dipekerjakan sebagai staf perpustakaan karena kepintaran beliau.

Suatu masa, beliau diminta abangnya untuk melampirkan KTP dan surat keterangan kerjanya di LIPIA untuk mengurus visa kerja ke Australia. Abangnya berharap dengan mengikutsertakan status pekerjaan FAO di LIPIA maka akan memuluskan mendapatkan VISA, karena pemerintah Australia sangat paham pemerintah Saudi bersama-sama Amerika memerangi terorisme baik di internal maupun eksternal, sehingga karyawan yang bekerja di lembaga resmi Saudi Arabia pastilah aman dari anasir terorisme. Tebakan abang FAO ini benar terjadi, tetapi hanya visa FAO yang keluar sedangkan Visa abang dari FAO ditolak. Melihat hal ini, FAO tidak menyia-nyiakan kesempatan, dengan berbekal gaji dari LIPIA beliau mencoba peruntungan nasib di Australia.

Beliau bercerita pertama kali sampai di bandara Australia-Sidney, dia tidak punya kenalan siapapun, dia hanya minta supir taksi untuk menunjukkan  dimana Islamic Centre. Ketika di Islamic Centre pada awalnya  beliau menjadi marbot masjid pada untuk membantu hal-hal umum, kemudian beliau pada akhirnya dipercaya menjadi imam masjid dan penceramah di Islamic Centre itu.

Bermodalkan ilmu agama yang cukup, Ustaz Farid melakukan pembinaan mental spiritual kepada penduduk Indonesia maupuan mualaf Sidney-Australia yang menjadi Jamaah Islamic Centre Sidney tersebut. Usaha beliau mendapat  apresiasi dari banyak kalangan karena menjadikan banyak orang yang tadinya mabuk-mabukan, free sex, depresi, dll menjadi manusia yang berubah 180 derajat.

Ketika mendengar kabar jihad para mujahidin Afghanistan melawan Komunis Uni Soviet beliau tergerak untuk membantu, tetapi beliau khawatir dituduh menjadi teroris. Akhirnya beliau pelajari kebijakan Orde Baru/Presiden Soeharto terhadap masalah Afghanistan pada masa itu, ternyata menurut beliau, Soeharto mendukung perjuangan rakyat Afghanistan untuk mengusir penjajah komunis Uni Soviet. Hal ini bisa kita baca juga di buku Teddy Rusdy dalam bukunya “Think Ahead” di mana Soeharto memerintahkan Benny Moerdani untuk mengirim senjata ke Afghanistan malahan melalui Bandara Halim Perdankusuma.

Mengetahui bahwa rezim Soeharto pada saat itu membantu pejuang mujahidin mengusir Komunis Uni Soviet, maka pada tahun 1993 beliau berangkat ke Afghanistan dengan terang-terangan selama enam bulan disana dan ketika pulang ke Indonesia, pihak berwenang di Indonesia tidak mempermasalahkan keberangkatan beliau, karena memang pada saat itu Soeharto mendukung perjuangan Mujahidin yang juga dibantu Amerika Serikat (AS) sebagai kawan sekutu negara Indonesia pada saat itu.

Selama di Afghanistan, FAO lebih banyak membantu urusan umum seperti menyiapkan logistik mujahidin, memasak, mengobati dan banyak orang Indonesia yang menjadi relawan. Jadi masa itu, tidak ada tuduhan teroris bagi orang Indonesia yang membantu rakyat Afghanistan (mujahidin) untuk mengusir penjajah komunis Uni Soviet. Jadi tuduhan FAO menjadi teroris dikaitkan dengan keberangkatan ke Afghanistan merupakan tuduhan yang tidak paham kondisi pada masa itu dimana rezim Soeharto memberi dukungan ke mujahidin walaupun melalui operasi rahasia.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button