OPINI

Seharusnya BNPT dan Densus 88 Berterima Kasih kepada Ketiga Ustaz yang Ditangkap

Penulis berharap Densus 88 / Polri meralat status tersangka FAO dan kedua ustaz lainnya yang menjadi tertuduh padahal yang dilakukan adalah sebaliknya. Maka tidak aneh beliau pernah menerima tanda bintang tiga dari seorang pejabat Badan Intelijen Negara (menurut pengakuan anaknya) karena mungkin dianggap membantu negara dalam melawan ancaman negara. Beliau diterima berdialog dengan bapak Tito Karnavian ketika menjadi Kapolri. Malahan beliau diterima Presiden Jokowi untuk bisa saling berdialog. Beliau mengatakan dalam manhaj salaf ketika mengingatkan pemimpin tidak boleh di depan umum tetapi harus langsung ketemu sehingga pemimpin tidak merasa “losing face”. Itulah akhlak beliau kepada pemimpin.

Pertemuan beliau dengan pak Presiden Joko Widodo dan Pak Tito Karnavian bukan tanpa risiko cemoohan. Beliau dianggap “cebong” , “pengkhianat” dll. Tetapi beliau hadapi dengan lapang dada, beliau katakan kalau melakukan dakwah yang benar pasti ada saja yang pro dan kontra, lakukan saja dengan cara yang sesuai sunnah sesuai manhaj salaf terserah orang mau bilang apa. Itulah perkataan beliau kepada penulis.

Belum lagi berbicara tentang Ustaz Dr. Ahmad Zain An-Najah dan Dr. Anung Al-Hamat, kedua orang ini jelas-jelas berdakwah menyampaikan manhaj Ahlusunnah Wal-Jamaah, kedua orang ini adalah lulusan Al-Azhar Kairo yang terkenal dengan manhaj washatiyah-nya.

Malahan Dr. Anung Al-Hamat membantah pemikiran Aman Abdurrahman yang pendukung ISIS. Beberapa kali Dr. Anung menyadarkan para orang-orang yang berusaha ingin melakukan kekerasan dengan ilmunya yang paham tentang masalah jihad. Dr. Anung paham benar apa itu fikih Jihad yang sesuai manhaj Ahlus Sunnah Wal  Jamaah yang tidak membolehkan tindakan terorisme.

Menurut Dr. Anung, jihad memiliki prosedur yang jelas seperti harus ada izin dari Presiden/Pemimpin yang sah dari sebuah negara. Sehingga ketaatan Dr. Anung kepada NKRI dan kepemimpinan negara tidak perlu diragukan lagi.

Penulis pernah mendengar dari FAO bahwa ada yayasan yang membantu orang orang yang dulunya suka “ngebom-ngebom” untuk diberi jalan penghidupan yang layak seperti membantu ekonominya dan kehidupannya melalui perdagangan/usaha dll. Bisa jadi itu adalah yayasan Perisai Nusantara Esa (penulis belum pernah mendengar nama ini)  dimana mungkin Dr. Anung pernah menjadi pengawasnya. Kalaulah benar tujuan yayasan tersebut, APAKAH SALAH ADA YAYASAN YANG DIBUAT UNTUK MEMBANTU ORANG YANG INGIN KELUAR DARI AKTIVITAS TERORISME SEHINGGA MEREKA BISA DIFASILITASI KEHIDUPANNYA/EKONOMINYA?

Terkait Dr. Zain An-Najah (ZA) penulis melihat dan sering berdialog dengan ZA bahwa beliau ulama yang sangat lentur dan fleksibel, penulis pernah menanyakan tentang masalah kecaman orang – orang terhadap kebijakan presiden Jokowi beliau menjawab dengan jawaban yang sangat berakhlak beliau katakan bahwa pak Jokowi itu tidak bisa disalahkan karena yang namanya presiden bisa jadi yang memberikan masukan/informasi yang salah sehingga Presiden mengambil kebijakan berdasarkan masukan yang dia ketahui. Indonesia ini sangat luas dan kompleks masalahnya, tidak mungkin seorang Joko Widodo bisa memikirkan/mengatasi semua hal, jadi kita tidak bisa mengecam presiden terhadap hal yang kita tidak ketahui duduk masalahnya. Masalah politik itu rumit katanya makanya harus sering tabayun dan klarifikasi termasuk kepada Presiden Jokowi.

Jawaban ZA seperti ini membuat saya bertanya tanya adakah ciri -ciri teorisme dalam jawaban dan pemikirannya, jika memang namanya pernah tersangkut dengan organisasi Jamaah Islamiyah saya berbaik sangka bahwa beliau bisa jadi “dijebak” atau tidak paham tentang organisasi tersebut yang bisa jadi berkamuflase dengan nama sebuah yayasan.

Akhirnya saya mengetuk kepada Polri untuk meninjau ulang ditetapkannya mereka sebagai tersangka tindakan terorisme karena saya sebagai penulis menyaksikan mereka tidak pernah melakukan tindakan maupun ucapan yang mengarah kepada aksi kekerasan atau tindakan terorisme. Ya Allah Saksikanlah.. Sudah kusampaikan. Wallahu’alam Bishawwab.

Taufik Hidayat, Ketua Bidang Polhukam Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII)

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button