OASE

Selamat Dunia Akhirat dengan Syariat

Kritis akidah. Diksi yang tepat untuk menggambarkan lemahnya keimanan sebagai standar hari ini. Hal ini pun berdampak pada proses berpikir dan moral masyarakat. Kehidupan pun kacau dan tak terarah. Tsunami krisis multidimensi meluas tak hanya di negeri minoritas muslim tapi juga di negeri mayoritas muslim.

Hari ini masyarakat tumbuh berkembang dengan kebebasan dan aturan hawa nafsu tanpa filter. Nampak atmosfir perlombaan mengejar kenikmatan dunia yang semu. Semata-mata pada kenikmatan fisik dan materi. Meraih kebahagiaan instan tanpa ada kerja halal dan keras.

Kehidupan liberal dalam sistem kapitalis ini lah yang menghancurkan generasi hari ini. Dunia fokus utama tapi akhirat dianggap hanya candaan. Hukum Allah SWT bak hembusan angin, tak ditangkap dan tak didengar. Sekadar lewat, hanya singgah di telinga kemudian lepas lagi tanpa ada aksi nyata dalam mengamalkannya.

Harus diakui, semuanya akibat kehidupan jauh dan keluar dari aturan Allah SWT baik tataran individu, keluarga, masyarakat dan negara. Aturan Islam dipinggirkan, dimandulkan dan dimonsterisasi. Bahkan pengemban dakwah Islam dipersekusi dan dikriminalisasi. Peran negara nihil dalam menjaga, mengontrol dan menerapkan akidah dan syariat Islam pada rakyat. Akhirnya pemikiran kufur menjadi standar dan pijakan mencapai tujuan kesenangan dunia.

Islam Penyelamat Kehidupan

Begitu mengerikan kehidupan manusia tanpa mengamalkan Islam dalam kehidupannya. Patutlah diri merenungi hadist yang mulia ini:

عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ،

“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. (HR. ath-Thabarani).

يَأْتِي عَلى النَّاسِ زَمَانٌ اَلصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang pada manusia suatu zaman, saat orang yang bersabar di antara mereka di atas agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. (HR. Tirmidzi)

Hari ini memegang ‘bara api’ amatlah berat dan menyakitkan. Hanyalah orang-orang yang sabar dan berpegang teguh pada aturan dan janji Allah yang mampu melakukannya. Bagi yang tak mampu karena takut tangannya terbakar dan melepuh, artinya dirinya enggan dan melepaskan diri dari agama Allah. Tapi kerugian dunia akhiratlah yang menimpanya.

Urgen untuk menanamkan dan menguatkan akidah pada generasi. Sehingga dapat menjawab dari mana diri berasal, untuk apa diri hidup dan apa yang terjadi setelah kematian secara benar dan produktif. Dengan memahami akidah ini, generasi akan berkomitmen untuk tunduk pada aturan Allah SWT. Takut berbuat dosa dan mengharap pahala haruslah menjadi prinsip. Selalu menempuh jalan meraih ridha Allah dan berlomba-lomba mendapatkan JannahNya.

Peran ini dijalankan tak hanya oleh keluarga tapi masyarakat dan negara. Ketiga elemen ini saling membahu dan membangun mewujudkan generasi beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Baik melalui pembinaan, pendidikan, dakwah dan penerapan syariat kaffah. Wallahu a’lam bish-shawab. []

Ummu Neysa, Muslimah Bangka Belitung

Artikel Terkait

Back to top button