RESONANSI

Seni Bukan Penanda Peradaban Bermutu Tinggi

Kehalusan cita rasa seni tidak selalu menjadi ciri suatu peradaban yang bermutu tinggi. Kesenian memang merupakan salah satu ciri yang menyifatkan peradaban, namun pandangan hidup yang berdasarkan kesenian itu semata-mata merupakan kebudayaan estetik, yang dalam penelitian konsep peradaban sejarah tidak menandakan suatu masyarakat yang memiliki sifat keluhuran budi dan akal, serta pengetahuan ilmiah.

Sejarah telah memberi pelajaran, bahwa semakin indah dan rumit gaya seni rupa, maka semakin menandakan kemerosotan aspek budi dan akal.

Contohnya: Acropolis di Yunani, Persepolis di Iran, dan piramid-piramid di Mesir, sama sekali tidak menunjukkan peradaban dalam wujud ketinggian moralitas dan kemajuan pemikiran dari sebuah peradaban.

Dalam pandangan Islam, karakteristik yang menentukan bukan pada peninggalan yang bersifat material, melainkan pada bahasa dan tulisan, yang sejatinya lebih bersifat daya budi dan akal yang merangkum kemajuan pemikiran (termasuk konsep-konsep atas prestasi fisik).

Syed M. Naquib Al-Attas


Pegiat seni mungkin cenderung meradang membaca pendapat SMN Al-Attas di atas. Tapi dengan sejenak merenungkannya, mungkin kita bisa memahami dan menanggapinya dengan arif.

Menukik ke kasus khusus, kesenian di Jawa abad ke-19, utamanya pasca Perang Jawa, Keraton merumit-rumitkan produk seni sebagai eskapisme (pelarian) dari ketaklukan pada penjajah. Ini ditulis Werner Kraus dalam bukunya tentang R. Saleh.

Lalu, kita juga mencatat, bahwa di antara parameter utama modernitas dalam seni lukis barat adalah melepaskan diri dari moralitas, sejak Manet melukis wanita nude di kebun tempat piknik.

Memahami secara lebih adil dengan mengingat fungsi seni sebagai medium katarsis, pelarian, relaksasi, terapis, dan semisalnya, bukankah seni justru menjadi tanda bahwa ada masalah pada mentalitet masyarakatnya? Peran seni justru mencerminkan yang demikian itu. Bahwa ada krisis; bahwa masyarakat sedang tidak baik-baik saja. Maka, semakin indah, semakin rumit suatu karya seni, semakin pembuatnya dan masyarakatnya sedang tidak baik-baik saja. Begitulah, seni lebih merupakan produk mentalitet, tenimbang pemikiran.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button