NUIM HIDAYAT

Setop Patungisasi Soekarno di Seluruh Tanah Air

Ada usaha untuk membuat patung di seluruh Indonesia. Bahkan ada satu wilayah, yaitu di Semarang, terdapat empat patung Soekarno. Tokoh proklamator ini memang ada jasanya untuk tanah air, tapi juga tidak sedikit dosa politiknya. Patung bukan budaya masyarakat Islam Indonesia.

Patung Soekarno saat ini ada di: Kementerian Pertahanan, Lembaga Pertahanan Nasional, Akademi Militer Magelang, Stadiun Gelora Bung Karno, Gerbang Bandara Soekarno Hatta, Semarang, Blitar, Solo, Bandung, Bukit Algoritma Sukabumi, Palu Sulawesi Tengah, dan Bandar Lampung.

Di Bandung, rencana pendirian patung Soekarno di GOR Saparua ditentang keras ormas-ormas Islam. Yang menentang antara lain: Aliansi Perjuangan Islam (API), Forum Silaturahmi Organisasi Islam (FSOI), Hidayatullah, Syarikat Islam, HW Muhammadiyah, KB PII, APIB, Gerakan Muslimat, Forum Pesantren, Al Irsyad, Syuro dan Advokasi FPI dan Anshorullah. Mereka mendatangi Pimpinan DPRD Jawa Barat Senin 10 Juli 2023 di Gedung DPRD Jawa Barat. Pimpinan DPRD mengaku bahwa rencana pembangunan patung itu tanpa sepersetujuan mereka.

Selain di GOR Saparua, patung Soekarno juga rencana akan dibangun di Bandung Freedom Park, kawasan perkebunan The Walini, Kabupaten Bandung Barat. Patung ini nantinya didesain dengan gambaran Soekarno duduk sambil berpikir menghadap ke kota Bandung.

Banyaknya patung Soekarno di berbagai daerah, tentu menjadi pertanyaan. Apakah layak seorang pahlawan patungnya ada di berbagai kota? Mengapa ratusan pahlawan lainnya tidak dibuat patung? Apakah ini ide pemerintah atau PDIP yang ingin mengampanyekan ideologi Soekarnoisme?

Patung sendiri sebenarnya bukan budaya masyarakat Islam Indonesia. Patung adalah budaya Hindu atau Budha. Mayoritas ulama mengharamkan patung. Ada ulama modern yang membolehkan patung dengan alasan patung kini tidak menjadi berhala yang disembah sebagaimana dahulu masa jahiliyah. Patung kini hanya menjadi seni. Tapi meski ada yang membolehkan, patung bukan budaya umat Islam.

Budaya umat Islam, terkait seni lukis atau pahat, adalah kaligrafi. Kaligrafi jauh lebih menarik daripada seni patung. Bila patung hanya menggambarkan wajah atau pribadi tokoh, kaligrafi (Al-Qur’an) menggambarkan seni yang tinggi, karena terdapat makna yang langsung bisa ditangkap oleh otak. Menimbulkan kesadaran dan sikap yang terpuji.

Selain patung Soekarno, pahlawan terkenal yang dipatungkan adalah Panglima Sudirman dan Pangeran Diponegoro. Entah mengapa sekarang dua pahlawan itu patungnya tidak menyebar sebagaimana patung Bung Karno. Nampaknya PDIP punya agenda khusus patungisasi Soekarno di seluruh tanah air ini.

Jika tujuannya untuk menyebarkan ideologi Soekarno, tentu banyak umat Islam tidak terima. Karena Soekarno seperti pengakuannya, ideologinya adalah Marhaenisme, Marxisme ala Indonesia. Bahkan ada yang mengatakan Marhaen itu adalah akal-akalan Soekarno belaka. Marhaen diduga singkatan dari Marx, Hegel dan Engels. Soekarno menganggap ‘semua ajaran agama sama’ (pluralisme agama). Meski beragama Islam, ia tidak pernah menempatkan Islam sebagai panduan dalam sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.

Dosa politik Soekarno yang lainnya adalah: tidak membacakan piagam Jakarta dalam proklamasi kemerdekaan RI 1945, memimpin rapat penghapusan kata Islam di UUD 45 pada 18 Agustus 1945, membubarkan Partai Islam Masyumi, membubarkan koran Abadi milik Masyumi, memenjarakan tokoh-tokoh Islam Masyumi dan lain-lain.

Baca juga: Hitam Putih Wajah Soekarno

Beda Soekarno dengan Panglima Sudirman dan Pangeran Diponegoro. Kedua pahlawan ini beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai panduan hidupnya. Keduanya menjadikan lafaz Allahu Akbar ketika perang menghadapi Belanda. Bila Soekarno hanya berjuang lewat diplomatik, maka kedua pahlawan ini terjun ke medan perang dengan mengorbankan jiwa dan raga.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button