Setop Patungisasi Soekarno di Seluruh Tanah Air
Ideologi Soekarno memang cocok bagi kalangan sekuler, non Islam atau penganut ateis. Umat Islam kebanyakan tidak menjadikan Soekarno sebagai idola. Mereka lebih memilih KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Buya Mohammad Natsir dkk sebagai idola.
Natsir yang debat dengan Soekarno di media massa sekitar tahun 1930an lebih layak dijadikan idola bagi umat Islam. Di tahun itu keduanya telah berdebat bila merdeka, Indonesia mau menjadi negara sekuler atau menjadi negara Islami. Soekarno lebih memilih menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler meniru model Kemal Attaturk dari Turki. Sedangkan Natsir menginginkan negara Indonesia menjadi negara Islami meniru negara Madinah yang dibentuk Rasulullah Saw.
Natsir satu kata dengan perbuatan. Soekarno seringkali berlawanan. Proklamator ini pandai berpidato tapi dalam kebijakan atau tindakan seringkali minus. Hamka mengritik Soekarno dengan orang yang sering berpidato di tengah-tengah rakyat kelaparan, antri sembako dan lain-lain. Di samping itu senang dengan pembangunan gedung yang wah –seperti Monas dan Gelora Senayan- di tengah-tengah masyarakat yang banyak dilanda kemiskinan.
Jadi setop pembangunan patung Soekarno di Bandung dan di daerah-daerah lainnya. Lebih baik anggaran patung yang miliaran itu digunakan untuk membangun ratusan rumah orang miskin daripada sekadar pembuatan patung. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Direktur Akademi Dakwah Indonesia, Depok.