SILATURAHIM

Singa Itu Telah Berpulang

“Ini Mas Aru. Kalau mau kontak orang-orang Masyumi, kamu bisa minta bantuan dia,” kata Mas Adian saat itu. Saya pun menyalaminya.

“Aru,” ujarnya pendek dengan seleret senyum kecil.

“Hanibal. Adik kelasnya Mas Adian. Sekarang di Forum Keadilan,” jawab saya memperkenalkan diri.

Belakangan saya mengetahui nama panjang Mas Aru adalah Mohammad Aru Seif Fachruddin Assadullah, Pedang Kebanggan Agama Singa Allah. Nama yang sangar, dam sangat berat.

Dari perkenalan pertama di kantor Majalah Media Dakwah itu, saya jadi sering kontak Mas Aru, terutama kalau sedang mendapat penugasan untuk mewawancarai para tokoh bekas Partai Masyumi, baik yang berkecimpung di dunia dakwah di DDII, maupun yang berkiprah di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Para tokoh, anggota, dan simpatisan Partai Masyumi yang dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1960 ini biasanya kemudian disebut sebagai keluarga Bulan Bintang.

Selain Pak Anwar Harjono, saya kemudian diperkenalkan Mas Aru dengan Pak Hartono Mardjono SH, pengacara senior yang kemudian menjadi anggota DPR, lalu pernah juga menjadi Wakil Ketua DPA; juga Pak Cholil Badawi, mantan pimpinan Masyumi Jawa Tengah yang aktif di Parmusi, lalu PPP, kemudian menjadi anggota DPR dan terakhir juga menjadi Wakil Ketua DPA; juga Ketua Umum Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Bang Ahmad Sumargono. Jika akan menemui mereka, biasanya saya janjian dulu dengan Mas Aru di Dewan Da’wah, atau di suatu tempat janjian, baru kemudian saya diboncengkannya dengan vespa biru miliknya ke rumah para tokoh-tokoh itu. Maklumlah, sebagai calon reporter dengan gaji Rp471.000, ke mana-mana saya masih naik bis kota atau kopaja.

Pada awalnya Mas Aru selalu menemani saya saat mewawancarai para tokoh Bulan Bintang itu. Awalnya saya agak risih juga. Tapi ternyata kehadiran Mas Aru cukup membantu. Dia sering mengingatkan para tokoh itu untuk menjelaskan sesuatu yang perlu saya kutip, jika dia merasa ada yang kurang dalam penjelasan mereka. Para tokoh yang biasa menyapanya dengan panggilan Dik Aru itu pun dengan suka rela menambahkan keterangan yang lebih detail. Rupanya dia sangat dipercaya oleh para tokoh itu. Biasanya Mas Aru memperkenalkan saya kepada mereka dengan tambahan label, “bekas aktivis di kampus,” ujarnya.

Belakangan saya baru paham, mengapa Mas Aru sangat dikenal dan dipercaya oleh para sesepuh Keluarga Bulan Bintang. Ternyata Mas Aru juga berasal dari keluarga tokoh Masyumi. Dia putra Almarhum KH Koen Syarwanie, tokoh Masyumi Jawa Timur yang tinggal di Madiun. Sebagai mantan komandan Hizbullah, Kiai Koen Syarwanie adalah salah satu tokoh yang diincar PKI saat Pemberontakan PKI-FDR Madiun tahun 1948, namun berhasil lolos.

H. Aru bersama KH Abdul Rasyid AS, Gubernur Anies, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, KH M Al Khaththath, Ust. Zainal Abidin Ura, dan kawan-kawan saat Milad KH Abdul Rasyid ke-75. [foto: shodiq/SI]

Lalu, ketika para pemimpin Masyumi ditahan di Penjara Wilis, Madiun, di masa Orde Lama tahun 1962 – 1966, rumah ayahanda Mas Aru menjadi base camp keluarga para tokoh Masyumi dan simpatisannya. Setelah seharian naik kereta api dari Jakarta, mereka biasanya beristirahat di rumah ayahanda Mas Aru, sebelum kemudian mem-bezoek suami, ayah dan kolega mereka. Karena itu, Mas Aru yang dilahirkan pada tahun 1954 itu sudah mengenal tokoh-tokoh Masyumi, keluarga, dan simpatisannya sejak masih anak-anak. Bahkan ketika Mas Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, masih kecil, Mas Aru sering menggendong cucu tokoh Masyumi Pak AR Baswedan, itu, pada saat berkunjung ke rumah Pak AR Baswedan di Yogyakarta.

Setelah menamatkan kuliah di Akademi Publisistik di Jakarta, Mas Aru kemudian menjadi wartawan di Majalah Media Dakwah dan Suara Masjid. Selain menjadi wartawan, Mas Aru juga sering berkunjung ke berbagai pelosok tanah air untuk menemui dai-dai yang dikirimkan Dewan Da’wah. Dia juga banyak terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi besar yang digelar kelompok Islam, seperti Demo anti SDSB, Demo Tabloid Monitor, Demo Anti Pelarangan Jilbab, Demo-Demo Palestina, Demo RUU Pendidikan Nasional, demo-demo yang digelar KISDI, dan sebagainya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button