SILATURAHIM

Singa Itu Telah Berpulang

Sejak pindah kerja ke TVOne di Pulo Gadung, Jakarta Timur di tahun 2016, saya jadi agak jarang bertemu dengan Mas Aru. Kami hanya sempat dua atau tiga kali bertemu di rumah Pak Kiai Rasyid, lalu sekali di Pesantren Pulo Air, tahun 2017. Pernah juga kami bertemu di beberapa forum tapi hanya sempat sekilas menyapa kabar. Tahun 2018 saya sempat mendengar Mas Aru dirawat di rumah sakit karena sakit jantung. Tapi ketika hendak menengok katanya sudah pulang ke rumah. Lalu memasuki musim Covid, saya kena Covid sehingga saya pun membatasi diri untuk bertemu dengan kawan-kawan yang punya komorbid seperti Mas Aru.

H. Aru Syeiff Assadullah bersama Tim Suara Islam mengantar Dr, Daud Rasyid bertemu Wakil Ketua DPR Fadli Zon. [foto: shodiq/SI]

Tiga bulan lalu saya sudah rasan-rasan dengan isteri saya untuk menengok Mas Aru di rumahnya. Suatu saat kami sedang lewat di jalan raya Lenteng Agung dan mau belok ke gang depan rumahnya. Tapi saat itu jalan tampak padat dan tidak ada tempat parkir di sekitar situ, sementara hujan turun cukup deras. Akhirnya kami tak jadi mampir. Tiga hari lalu, saya pun kembali rasan-rasan dengan isteri saya untuk mencari waktu menengok Mas Aru. Karena itu, saya merasa kaget dan sangat menyesal, karena belum sempat bersilaturahmi dengannya, Mas Aru telah wafat.

+++

Saya tiba di Kompleks Tempat Pemakaman Umum Srengseng Sawah yang sangat luas, sekitar 15 menit menjelang Isya. Beberapa menit sebelumnya, kami sempat keliru ke TPU Srengseng Sawah 2 yang khusus untuk Covid. Untunglah ada warga yang mau memandu kami agar sampai ke TPU itu. Sesampai di ujung makam, di mana liang lahat untuk Mas Aru disiapkan, rupanya jenazah belum sampai. Baru sekitar lima menit kemudian jenazah tiba di lokasi.

Pertemuan dan silaturahim jelang Pilpres 2019 lalu di kediaman KH Abdul Rasyid AS, Tebet, Jaksel. [foto: Ist]

Dengan perlahan, jenazah diturunkan dari ambulans. Karena baru sedikit orang yang hadir, saya pun membantu menurunkan jenazah dan membawanya menuju ke liang lahat. Sebenarnya saya agak khawatir juga, karena pergelangan kaki kanan saya baru sembuh dari keseleo, sementara tanah becek, tidak rata dan banyak berlubang. Saya khawatir bakal terasa nyeri lagi, atau bahkan keseleo. Tapi Alhamdulillah, saya bisa ikut mengantar Mas Aru, yang sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri, menuju peristirahatan terakhirnya.

Azan Isya terdengar sahut menyahut ketika jenazah Mas Aru mulai diturunkan ke liang lahat, oleh anak Mas Aru, Nabil Ben Ageng, Putro sang menantu, dan Thoipin, orang yang berpuluh tahun ikut di rumah Mas Aru.

Proses pemakaman berjalan cepat, khas ‘Mazhab Salafi’ yang diikuti menantu Mas Aru, meski Mas Aru bukan jamaah salafi. Kemudian Pak Zulfi Syukur, sahabat karibnya dari Dewan Da’wah memberikan tausiyah singkat tentang berbagai kegiatan dakwah dan perjuangan Mas Aru selama hidupnya. Setelah itu doa pun kami daraskan.

Tiba-tiba, air mata menggenang di pelupuk mata saya. Terlintas semua kenangan saya dengan Mas Aru. Semoga segala dosa, kesalahan, dan kekhilafan Mas Aru diampuni Allah SWT. Ya Allah, terimalah Singa Allah-Mu ini, ke hadiratmu. Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun…

Hanibal W Y Wijayanta

Sumber: Facebook Hanibal Wijayanta

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button