OPINI

Strategi Politik “Bul ‘alaa Zam-zam Fatu’rof”

Jelang Pemilu 2019, suhu politik di negeri ini semakin panas. Ada berbagai macam strategi politik dilakukan para caleg demi mengenalkan diri dan juga sekaligus partainya.

Satu diantaranya adalah politik Bul ‘ala zam-zam fatu’rof. Sebenarnya itu adalah pepatah Arab, yang artinya: kencingi sumur zam-zam maka kamu akan terkenal. Menurut maknanya adalah seseorang yang ingin terkenal namun dengan cara yang tidak wajar atau nyeleneh.

Nampaknya, strategi ini dilirik oleh beberapa aktivis parpol. Dengan mengeluarkan statemen berisik dan mengusik, berharap dapat memalingkan pandangan rakyat padanya. Bak mengencingi sumur zam-zam, berharap mendulang suara di pemilu nanti.

Simaklah beberapa pernyataan kontroversial yang dicetuskan beberapa waktu yang lalu oleh para aktivis parpol. November lalu ada yang dengan lantang menolak perda syari’ah. Bermodal asumsi, dia pun menuduh bahwa perda syari’ah bersifat diskriminatif, utamanya pada perempuan. Pernyataan sentimen itu pun berlanjut dengan menuduh bahwa perda syari’ah adalah hasil pelacuran agama oleh anggota DPRD kota atau kabupaten (merdeka.com, 19/11/2018). Teranyar, penolakan terhadap poligami pun dicetuskan. Dan berjanji akan berjuang untuk membuat peraturan larangan poligami di negeri ini.

Sejumlah survei pun dibiayai untuk mendukung statemen mereka. Hasil survei Y Publica: 51,7 % masyarakat tolak perda agama. Masih berlanjut dengan hasil survei tersebut di sebutkan bahwa terdapat 47,2% responden belum melihat dampak positif Perda Syariah dalam memperbaiki tata-nilai masyarakat agar sejalan agama (liputan6.com, 14/12/2018). Survei diambil dari 200 responden seluruh Indonesia.

Adalagi yang mencoba peruntungan dengan membuat status bernada sarkasme. Menyebut ada aliran baru bernama Monaslimin yang beribadah setahun sekali. Secara tidak langsung, pernyataan itu menyinggung jutaan umat muslim yang hadir di Monas saat Aksi 212. Padahal yang berhadir di aksi bela Islam tersebut adalah umat muslim yang ikhlash karena Allah. Umat muslim yang penuh pengharapan agar Allah mencatatnya sebagai bagian dari barisan pejuang pembela agama Allah.

Politik dalam sistem demokrasi adalah untuk meraih kekuasaan. Kekuasaan adalah jalan tol untuk meraih kekayaan sebanyak-banyaknya. Karena ukuran kebahagiaan bagi mereka adalah dengan memiliki harta yang banyak. Untuk itu, maka para caleg akan lakukan segala cara demi meraih kekuasaan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button