Surat Terbuka untuk Presiden Joe Biden
Untuk itu semua maka China (seperti juga maaf, Amerika) akhirnya berlomba-lomba menjadi penguasa dunia. Berlomba-lomba membuat senjata yang paling hebat. Senjata yang sekali pencet, bisa menghancurkan semua musuhnya. Senjata nuklir, rudal jarak jauh, kapal induk, pesawat perang yang tercanggih, drone dan lain-lain.
Nafsu kuasa/perang yang bergejolak pada pemimpin yang ateis ini –mungkin ia beragama tapi sejatinya ateis—bila tidak direm, maka akan terus terjadi peperangan di dunia. Nafsu manusia untuk saling menaklukkan –seperti hewan—menimbulkan terus peperangan di dunia.
Bapak Presiden mungkin sudah tahu, bagaimana nafsu mantan Presiden Bush untuk menghajar Saddam Husein musuhnya. Sambil menaklukkan Saddam, Bush sekaligus menguasai ‘miliaran ton’ minyak Irak. Bush dan konco-konconya perlu itu, karena untuk menjaga kapal induk dan ribuan pesawat militer/kapal milter agar terus beroperasi di Amerika dan negara-negara lain.
Bush dengan liciknya kemudian menciptakan musuh baru, setelah Usamah terbunuh, yaitu ISIS. Maka diungkaplah di Youtube dan film-film tentang kekejaman ISIS. Presiden Amerika menyembunyikan kekejaman yang dilakukan pasukannya kepada rakyat Irak. Pernahkah Amerika mengekspos jutaan korban rakyat Irak akibat kelakuan Bush? Pernahkah Amerika mengekspos ribuan kaum Muslim Palestina yang menjadi korban pasukan Israel?
ISIS mungkin berbuat salah. Ia tidak berpengalaman dalam membentuk negara. Tapi keberadaannya di sana, jelas untuk melawan penjajah Amerika yang rakus terhadap minyak di Timur Tengah. Bila ingin perdamaian di Irak dan sekitarnya, tarik tentara Amerika di sana. Biarkan rakyat Irak mengatur negaranya sendiri. Jangan merasa bahwa Amerika lebih cerdas, lebih hebat dalam mengatur manusia disbanding rakyat Timur Tengah.
Pak Presiden, lihat kelakuan presiden-presiden Amerika dulu. Bukankah yang menyulut peperangan Irak dan Iran, Amerika. Dulu Amerika berkawan dengan Saddam untuk menghancurkan Iran. Amerika takut revolusi Iran saat itu akan menular ke negara lain. Amerika takut kalau ‘Iran bisa melobi negara Timteng lain’ untuk berperang melawan Israel.
Maka politik Amerika saat itu terus mengadakan peperangan di Timteng, agar negara Israel terus aman.
Yahudi Israel memang biang kerok.
Bila Indonesia adalah negara yang merdeka dari darah dan keringat melawan penjajah yang zalim, negara Israel sebaliknya. Ia adalah negara yang dibentuk dengan keringat dan darah rakyat Palestina yang dizaliminya. Ribuan orang meninggal dunia, ketika Israel mau memproklamirkan kemerdekaannya, Mei 1948.
Inggris dan Amerika yang non Muslim, bersekutu dengan Israel. Di PBB, mereka melobi negara-negara lain agar setuju sesuai dengan kehendak mereka. PBB memang alat Amerika dan Inggris untuk menggolkan tujuan-tujuan internasionalnya.
Israel, yang merasa dulu dia pernah dizalimi oleh Jerman/Eropa, anehnya melakukan kezaliman yang sama kepada Kaum Muslim di Palestina. Yahudi Israel lupa, dalam sejarah, ketika mereka dizalimi di Eropa, mereka pernah ditolong kaum Muslim di Turki.