OASE

Telaah Motivasi Hidup: Bagaimana Mencintai Ujian-Nya?

Siapa yang tidak pernah mengalami ketidakberhasilan dalam mencapai target atau harapan dalam kehidupannya? Siapa yang tidak pernah mengalami beratnya masalah/ujian yang menimpanya?

Mendengar sebuah berita yang mengejutkan atau berada dalam situasi yang tidak menyenangkan, seringkali memicu munculnya emosi/ perasaan negatif, bahkan pikiran dan tindakan negatif.

Penyikapan terhadap hal tersebut bermacam-macam, jika kenegatifan lebih dominan daripada kekuatan menghadirkan kepositifan, maka sikap tersebut melukai mental/jiwa menuju sakitnya. Salah satu contoh sakitnya/ gangguan pada mental seperti kecemasan yang berlebihan, bahkan berada dalam kondisi depresi.

Kondisi kecemasan dan bahkan depresi ini, ternyata dialami oleh banyak diantara kita. Pada riset yang dilakukan WHO di tahun 2018, gangguan mental menunjukkan peningkatan yang mencakup kecemasan, eating disorder, depresi, hingga skizofrenia.

Bahkan WHO menemukan bahwa prevalensi tertinggi gangguan mental adalah kecemasan dan depresi. Persentase temuan WHO menunjukkan 3,6% atau sekitar 200 juta orang di dunia ditemukan menderita kecemasan dan 4,4% atau sekitar 322 juta orang mengalami depresi dimana sebagian besar penderita berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Hasil riset tersebut menunjukkan 8% dari penduduk dunia mengalami kecemasan dan depresi, diluar gangguan mental yang lainnya.

Saat saya menuliskan artikel ini, saya teringat sebuah lirik lagu yang diputar di suatu tempat makan yang membuat saya berpikir saat itu.

She’s so lucky, she’s a star
But she cry, cry, cries in her lonely heart, thinking
If there’s nothing missing in my life
Then why do these tears come at night?

Yang kurang lebih artinya:
Dia sangat beruntung, dia seorang bintang
Tapi dia menangis, menangis, menangis dalam hatinya yang kesepian, berfikir
Jika tidak ada yang hilang dalam hidup saya
Lalu mengapa air mata ini datang di malam hari?

Lirik lagu ini menyadarkan saya bahwa emosi negatif seperti kesedihan bisa muncul tidak hanya pada kondisi kekurangan atau ketidak-tercapaian, namun juga bisa muncul dalam kondisi keberlimpahan dan ketercapaian. Hal ini menunjukkan bahwa kenegatifan tidak berbanding lurus dengan kondisi. Bahwa ternyata, bukan kondisi yang menciptakan emosi.

Lalu apa yang menciptakan emosi ? ternyata emosi hadir karena pilihan sikap, baik pilihan sikap yang disadari maupun tidak disadari yang muncul begitu saja secara otomatis. Sehingga wajar ketika Allah SWT mengajarkan sebuah doa melalui Al-Qur’an, doanya Nabi Adam dan Hawa ketika mereka memilih bersikap tidak baik atas kondisi rayuan iblis untuk mencicipi buah pohon yang dilarang:

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat keada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-A’raf : 23)

Dari ayat itu, tampak bahwa Nabi Adam dan Hawa mengakui telah menzalimi diri sendiri dengan pilihan sikap yang tidak baik, kemudian memohon ampun dan rahmat dari Allah SWT. Memohon ampun dan rahmat dari Allah SWT ini juga merupakan pilihan sikap berikutnya dari Nabi Adam dan Hawa atas kondisi hukuman yang Allah SWT berikan. Sebuah pilihan sikap yang menghadirkan ke-positifan.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button