NUIM HIDAYAT

Tontonlah Film Menarik “The End Game” (KPK)

Film “The End Game” yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono sangat menarik. Ini film politik kedua yang dibuat Dandhy setelah heboh film pertamanya tentang tragedi tambang batu bara: Sexy Killer.

Laki-laki kelahiran Lumajang, Jawa Timur 29 Juni 1976 ini adalah wartawan senior yang malang melintang dalam dunia reportase. Ia terakhir menjabat sebagai Editorial Consultant First Media News (cable), 2010-2011.

Film The End Game menggambarkan perjalanan KPK dan bagaimana KPK dilemahkan dan kini dibuat tak berdaya dengan pemecatan pegawai-pegawai yang profesional. Film yang kini bisa ditonton di Youtube ini, diunggah oleh Watchdoc Documentary dan telah disaksikan oleh 98 ribu orang (ketika berita ini ditulis). Tayangan film ini berdurasi 1 jam 54 menit 52 detik.

Film diawali dengan ‘menshoot’ patung Selamat Datang di Jakarta. Kemudian tampil penjelasan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berdiri resmi pada Desember 2003. Pendirian Komisi ini adalah bagian dari 6 Agenda Reformasi untuk memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Hingga 2019, KPK telah menangkap 1125 orang. Dari bupati, jenderal polisi, pengusaha, hingga menteri, dengan metode yang belum pernah dilakukan dalam sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia, yaitu Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dicontohkan: Kasus Pembelian Helikopter oleh Gubernur Aceh 2004, Kasus Dana Bantuan Sosial oleh Menteri Sosial 2020 dan lain-lain.

Sejak Presiden Jokowi berkuasa KPK telah menyelamatkan 65 triliun rupiah uang negara. Jumlah ini setara dengan (pembangunan) 3000 Puskesmas dan 1750 Sekolah Dasar. Tapi dari presiden ke presiden, selalu ada usaha melemahkan KPK. Mulai dari kriminalisasi para pimpinan, serangan pada pegawai, hingga gagasan mengubah UU KPK.

Ketika masa Presiden SBY, misalnya terjadi perselisihan antara KPK dan beberapa jenderal polisi. Pada 2009, Presiden SBY membentuk Tim Independen Verifikasi Fakta untuk pimpinan KPK, Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Kasus ini popular dengan julukan Cicak versus Buaya (Kabareskrim Susno Duadji vs Pimpinan KPK). Berlanjut kemudian kasus Simulator SIM, yang mengena pada Irjen Polisi Djoko Susilo pada 2012. Dalam kasus ini ditampilkan adegan-adegan demonstrasi massa mendukung upaya KPK mempidanakan beberapa perwira polisi yang terlibat dalam korupsi.

Pada 2015, KPK mengekspos keterlibatan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan dalam Kasus Rekening Gendut (Polisi). Kasus ini sangat ramai di media massa, terutama setelah Majalah Tempo menurunkan investigasi terhadap rekening-rekening yang mencurigakan para pimpinan Polri. Hal ini menyebabkan Budi Gunawan gagal menjabat Kapolri (dan akhirnya diberi jabatan Kepala BIN). Kasus ini juga mengakibatkan pimpinan KPK, Bambang Widjojanto dikriminalisasi oleh Polri.

Pada 2017, terjadi tragedi yang membuat geger di KPK, yaitu Kasus Penyiraman Air Keras yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan. Kejahatan ini mengakibatkan mata kiri Novel buta 100 persen dan mata kanannya 50 persen. Penyiraman air keras ini dilakukan dua orang yang mengenakan helm kepada Novel Baswedan usai shalat Shubuh di masjid dekat rumahnya.

Keberanian KPK dalam memberantas korupsi ini mengkhawatirkan banyak pihak. Para politikus di DPR dan Istana akhirnya berhasil mengubah UU KPK pada 2019. Ditampilkan adegan Presiden Jokowi yang menyetujui perubahan UU KPK ini. “Kita tahu UU KPK telah berusia 17 tahun. Perlu adanya penyempurnaan secara terbatas, sehingga pemberantasan korupsi bisa makin efektif,” kata Jokowi dalam bulan September 2019.

Tentu Revisi UU KPK ini menimbulkan kecaman luas dari masyarakat. Ditayangkan dalam film ini demo ribuan mahasiswa menentang Revisi UU ini di depan Gedung DPR. Mahasiswa menyatakan bahwa Revisi UU KPK ini melemahkan KPK (dan sekarang terbukti).

Di saat bersamaan, reputasi para pegawai KPK dihancurkan dengan berbagai stigma. Sutradara menampilkan adegan Denny Siregar yang menyatakan: “Bukan kabar baru lagi di internal KPK ada yang namanya Polisi Taliban.”

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button