Urgensi Membaca dan Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Selama ini, kebanyakan umat Islam disibukkan dengan pekerjaan dan urusan dunia sehingga melupakan dan meninggalkan kewajiban membaca Al-Qur’an dan interaksi dengannya seperti memahaminya, menghafalnya, mendengarnya, mempelajarinya, mengajarkannya, dan mengamalkannya. Al-Qur’an jarang dibaca, bahkan tidak pernah dibaca. Al-Qur’an dibaca tiga hari atau empat hari sekali, bahkan sepekan sekali, bukan tiap hari. Padahal membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya adalah ibadah yang diperintah setiap saat atau setiap hari. Minimal, melakukan satu kegiatan interaksi dengannya setiap harinya.
Sangat disayangkan, kebanyakan umat lebih memprioritaskan dan bersemangat membaca bacaan selain Al-Qur’an seperti buku, koran, majalah, jurnal, novel, komik dan lainnya. Mereka mampu membaca bacaan ini dalam waktu puluhan menit bahkan berjam-jam dalam sehari. Namun Al-Qur’an tidak mampu dibaca selama itu. Mereka mampu mengkhatamkan bacaan tersebut dalam sepekan, bahkan beberapa hari. Namun Al-Qur’an tidak mampu dikhatamkan selama itu. Mereka mampu membaca bacaan di atas dengan konsisten setiap harinya. Namun Al-Qur’an tidak mampu dibaca secara konsisten setiap hari satu juz sehari bahkan selembar saja.
Di samping itu, mereka lebih senang mendengar lagu dan musik daripada mendengar Al-Qur’an. Mereka lebih suka menghafal lagu daripada menghafal Al-Qur’an. Mendengar lagu dan musik menjadi kenikmatan dan kesenangan bagi mereka. Menghafal lagu menjadi trend dan kebanggaan. Setiap hari mereka mendengar musik dan lagu di manapun mereka berada, meskipun telah diharamkan oleh mayoritas para ulama. Bagi mereka, tiada hari tanpa musik dan lagu. Waktu luang bahkan waktu sibuk pun dihabiskan dengan mendengar lagu dan musik yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
Parahnya lagi, masih banyak dari mereka yang tidak bisa membaca Al-Qur’an karena tidak mau belajar membacanya. Masih banyak dari mereka yang tidak paham Al-Qur’an karena tidak mau memahaminya. Masih banyak dari mereka tidak mau mengamalkannya karena tidak mau membaca, memahami dan mempelajarinya. Tidak ada upaya untuk bisa membaca. Meskipun bisa membaca Al-Qur’an, namun masih banyak orang tidak mau memahaminya. Apalagi mengamalkannya.
Sadar atau tidak, mereka telah meninggalkan Al-Qur’an dan tidak peduli dengannya. Fenemona sepert ini sangat disayangkan. Miris hati melihat fenomena ini. Inilah kondisi yang dikhawatirkan dan dikeluhkan oleh Rasulullah Saw seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya: “Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan.” (Al-Furqan: 30).
Akibatnya, umat Islam menjadi lemah dan mengalami kemunduran setelah mencapai kejayaan selama berabad-abad sejak masa Nabi saw, kekhalifahan para khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Abbasiah sampai kekhalifahan Turki Usmaniah. Selain itu, timbul banyak maksiat dan penyimpangan agama karena jauh dari petunjuk Allah SWT akibat meninggalkan Al-Qur’an.
Inilah persoalan umat Islam selama ini yang tidak atau kurang mendapat perhatian dari setiap muslim, khususnya orang tua. Persoalan ini seharusnya mendapat perhatian dan solusi dari setiap muslim khusus orang tua. Maka tulisan ini bertujuan untuk merespon persoalan ini dan memberikan solusi terhadapnya.
Kewajiban Membaca Al-Qur’an dan Berinteraksi Dengannya
Al-Qur’an sangat penting dibaca bagi seorang muslim. Tanpa membaca Al-Qur’an maka tidak mungkin seseorang mengamalkannya. Sedangkan mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban bagi setiap muslim berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’.
Oleh karena itu, hukum membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya adalah wajib ‘ain, sama seperti kewajiban a’in lainnya seperti shalat lima waktu, puasa, membayar zakat dan berhaji bagi yang mampu. Maknanya, berdosa bagi setiap muslim yang tidak mau membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya. Karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi panduan hidup bagi seorang muslim.