Urgensi Membaca dan Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Tuntutan Iman
Membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya adalah tuntutan iman. Iman kepada kepada Al-Qur’an yang merupakan salah satu rukun iman yang enam mewajibkan seorang muslim untuk membaca Al-Qur’an dan beriteraksi dengannya. Ini bukti iman seseorang. Iman itu tidak hanya diyakini atau diucapkan, namun harus ada amal nyata sebagai bukti.
Menurut para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, iman adalah meyakini dengan hati (tashdiqun bil qalbi), mengucap dengan lisan (iqrarun bil lisan), dan mengamalkan dengan anggota tubuh (amalun bil jawarih).
Bukti seseorang beriman kepada Al-Qur’an adalah dengan membaca dan berinteraksi dengannya baik dengan memahaminya, menghafalnya, mempelajarinya, mengajarkannya maupun mengamalkannya. Belum dikatakan seseorang itu muslim atau beriman jika tidak membaca dan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Karena inilah bukti keimanannya.
Sangatlah memalukan, jika ada seseorang yang mengaku dirinya muslim, namun ia tidak bisa membaca Al-Qur’an atau tidak mau membacanya, memahaminya, menghafalnya, mendengarnya, mempelajarinya, mengajarkannya, apa lagi tidak mau mengamalkannya. Maka apa bedanya dia dengan orang kafir? sudah jelas tidak ada bedanya.
Kita tidak bisa membedakan seorang muslim dengan kafir kecuali dengan interaksinya dengan Al-Qur’an. Bahkan keislaman seseorang patut dipertanyakan dan diragukan jika dia tidak membaca dan mengamalkan Al-Qur’an.
Petunjuk dan Pedoman Hidup Muslim
Al-Qur’an adalah petunjuk, pedoman dan aturan hidup seorang muslim.
Allah SWT berfirman: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2).
“Sungguh Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) paling lurus…” (Al-Isra’: 9).