OPINI

Wajah ‘Beringas’ di Balik Konflik Wadas

Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan. Seringkali, penguasa menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekan rakyat. Sikap sewenang-wenang sepertinya sudah menjadi tabiat mereka. Perampasan hak rakyat adalah contoh konkretnya. Atas nama negara mereka melegalisasi perampasan tersebut.

Mengatasnamakan rakyat untuk melegitimasi kebijakan yang merugikan rakyat. Dengan dalih pembangunan, negara memaksakan kehendaknya, yaitu tetap melanjutkan penambangan meski sebagian besar warga menolak.

Keempat, pemimpin beringas lahir dari sistem tidak waras. Pemimpin macam apa yang mengabaikan aspirasi warga demi memuluskan proyek yang memicu konflik? Kepemimpinan yang dibangun di atas sistem kapitalisme akan menggerus hati nurani dan empati. Demi menjalankan kepentingan politik oligarki, rakyat diabaikan. Demi mencapai tujuan tertentu, segala cara dilakukan.

Pemimpin yang baik tidak akan memaksakan kehendak pribadi atau golongan. Pemimpin yang baik adalah ia benar-benar memperhatikan apa yang dibutuhkan rakyatnya. Bukan apa yang diinginkan penguasanya.

Khatimah

Dalam Islam, menggusur atau merampas tanah yang menjadi hak rakyat hukumnya haram. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengambil sejengkal tanah dengan zalim maka pada hari Kiamat tanah tersebut akan dikalungkan padanya sebanyak tujuh lapis. (HR Bukhari Muslim)

Tidakkah para penguasa itu merinding mendengar sabda Nabi Saw? Berbuat zalim saja sudah berat hisabnya, apalagi sampai merampas  tanah yang menjadi sumber penghidupan masyarakat.

Pemimpin zalim, semena-mena, serta merampas hak rakyatnya, akan mendapat laknat dunia dan akhirat beserta orang-orang yang menbenarkan kezalimannya. Allah Ta’ala berfirman, “Ia (para pemimpin zalim dan melakukan kesemena-menaan) berjalan di muka kaumnya pada hari kiamat lalu memasukkan mereka (para pengikutnya) ke dalam neraka …,” (QS Hud: 98-99).

Dari Wadas kita mestinya mengambil hikmah. Kepemimpinan model kapitalisme tidak meembawa kebaikan bagi umat manusia. Hanya ada satu jalan mengembalikan hak rakyat secara amanah, yaitu sistem Islam secara kafah. Secara historis, Islam berhasil mewujudkan kepemimpinan amanah. Prestasinya sebagai negara adidaya kala itu diakui dunia dalam menuntaskan problematik manusia. Sistemnya berkeadilan, pemimpin bertakwa, rakyat sejahtera. Wallahu a’lam.

Chusnatul Jannah, Aktivis Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button