OPINI

Wajah ‘Beringas’ di Balik Konflik Wadas

Tagar #SaveWadas dan #WadasMelawan beberapa hari terakhir merajai topik dunia maya. Bermula dari kericuhan antara polisi dan warga yang menolak penambangan batuan andesit di Desa Wadas. Ratusan polisi dikerahkan untuk mengamankan proses pengukuran lahan tambang andesit yang sedianya digunakan untuk material bangunan Bendungan Bener di Purworejo.

Bendungan atau Waduk Bener merupakan salah satu proyek strategis nasional. Mengutip dari laman kompas.com (9/2/2022), bendungan ini rencananya akan mengairi lahan sawah seluas 15.069 hektare. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk memperbanyak waduk guna mendukung proyek ketahanan pangan.

Selain itu, dengan keberadaan Waduk Bener diharapkan dapat mengurangi debit banjir sebesar 210 meter kubik per detik, menyediakan pasokan air baku sebesar 1,60 meter kubik per detik, dan menghasilkan listrik sebesar 6 MW.

Meski situasi di Wadas kini lebih kondusif, prahara yang terjadi tidak akan mudah hilang begitu saja. Rekam jejak aparat yang bertindak beringas dan diduga menyalahi prosedur akan selalu terkenang. Tindakan penangkapan, pemaksaan, serta intimidasi, mewarnai konflik Wadas. Rakyat seakan sedang berhadapan dengan negara.

Pemerintah mengklaim tidak ada tindakan kekerasan dari aparat. Namun, video yang beredar di media sosial tampaknya lebih menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi di Wadas. Mengapa pemerintah bersikeras melanjutkan proyek yang memicu konflik di Wadas?

Wadas Melawan

Wadas memang istimewa. Andai saja tidak terjadi konflik, mungkin Wadas tidak akan menjadi perbincangan publik. Wadas adalah satu potret betapa tanah di negeri ini benar-benar membawa berkah bagi masyarakat yang mendiaminya. Tidak berlebihan jika Wadas dijuluki “Tanah Surga”.

Sebagian besar penduduk Wadas bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai macam komoditas pertanian dan perkebunan tumbuh subur di Wadas. Seperti kelapa, akasia, pisang, sengon, cengkeh, vanila, petai, durian, kemukus, cabai, jati, kapulaga, karet, aren, mahoni, keling, yang mana hasilnya bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran per tahun. Wadas juga dikelilingi 27 sumber mata air yang mengairi sawah dan perkebunan milik warga.

Maka, penolakan warga atas penambangan andesit sangat beralasan. Sebab, kehidupan mereka sangat bergantung pada keseimbangan alam. Jika ada aktivitas penambangan di atas lahan tersebut, dikhawatirkan akan mengobrak-abrik tatanan alam yang menjadi sumber penghidupan warga Wadas.

Walaupun ada penolakan warga, Amdal Pembangunan Bendungan Bener yang mencakup penambangan quarry di Wadas bisa lolos, Maret 2018. Dokumen itu sama sekali tidak menyebutkan soal penolakan warga Desa Wadas.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button