Nasihat Imam Al-Ghazali untuk Penguasa (3)
Dalam kitabnya tentang nasihat kepada penguasa ini, Imam Ghazali sering mengutip kisah amirul mukminin Umar bin Khatab.
Suatu kali Umar bin Khatab menulis sepucuk surat kepada seorang gubernurnya bernama Abu Musa al Asy’ari, ”Sesungguhnya penguasa paling berbahagia ialah karena dia, rakyatnya merasa berbahagia. Sebaliknya sesungguhnya penguasa paling celaka ialah yang karenanya rakyatnya menjadi celaka. Hati-hati terhadap sikap berlebihan, karena pejabatmu pasti akan mengikutimu. Perumpamaan kamu laksana seekor binatang ternak yang melihat padang gembalaan yang hijau, lalu ia makan yang banyak sehingga ia menjadi gemuk. Dan kegemukannya inilah yang menyebabkan kematiannya, karena dengan demikian ia akan segera disembelih guna dimakan.”
Seorang penguasa harus tahu bahwa orang paling penipu ialah orang yang menjual agama serta akhiratnya dengan dunia milik orang lain. Kebanyakan manusia cenderung melayani kesenangan-kesenangan mereka. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mencapai kesenangan-kesenangan tersebut.
Demikian pula dengan para pejabat. Demi mendapatkan bagian duniawi, mereka rela menipu penguasa, dan menganggap baik kezaliman yang dilakukannya. Mereka tega melemparkan sang penguasa ke neraka demi mendapat keinginan-keinginan mereka. Musuh mana yang lebih kejam daripada orang yang berusaha membinasakan anda sekaligus membinasakan dirinya sendiri demi memperoleh materi?
Secara garis besar, seorang penguasa yang ingin menjaga keadilan terhadap rakyat ia harus menekankan kepada para pejabat dan pegawainya untuk berlaku adil, peduli kepada keadaan rakyat dan rajin memperhatikan mereka. Sebagaimana ia rajin memperhatikan keadaan istrinya, anak-anaknya dan rumah kediamannya.
Hal ini tidak mungkin terwujud tanpa terlebih dulu menjaga keadilan dari dalam batinnya dengan cara bagaimana nafsu dan emosi amarahnya bisa dikendalikan oleh akal sehat serta agamanya. Akal dan agamanya jangan sampai menjadi tawanan nafsu serta amarahnya. Melainkan harus sebaliknya.
Baca juga:
Seorang penguasa harus tahu bahwa sesungguhnya akal adalah elemen malaikat dan termasuk dari serdadu Allah Yang Maha Mencipta lagi Mahatinggi kuasaNya. Sementara nafsu dan amarah adalah termasuk dari serdadu setan. Siapa yang menjadikan serdadu Allah dan malaikat sebagai tawanan serdadu setan, bagaimana ia bisa berlaku adil terhadap orang lain? Pertama-tama matahari keadilan akan terbit di dada, kemudian sinar cahayanya menyebar ke ahlul bait (keluarga Nabi) dan tokoh-tokoh tertentu, sehingga cahayanya sampai kepada rakyat. Siapa yang mencari cahaya kepada selain matahari sama halnya ia mencari sesuatu yang mustahil, dan menginginkan sesuatu yang tidak akan diperolehnya.
Ketahuilah wahai penguasa –dan anda sudah tahu dengan jelas- bahwa munculnya keadilan termasuk dari bagian kesempurnaan akal. Kesempurnaan akal ialah anda melihat segala sesuatu apa adanya, dan anda mengetahui hakikat kebenaran bagian dalamnya. Anda jangan tertipu bagian luarnya. Contohnya jika anda berlaku zalim kepada manusia demi kepentingan urusan duniawi, sebaiknya anda merenungkan sebentar saja keinginan anda terhadap dunia.
Jika yang anda inginkan dari kesenangan duniawi ialah memakan makanan yang lezat, anda harus sadar bahwa sejatinya itu ialah keinginan nafsu binatang dalam bentuk manusia. Karena hal itu adalah bagian dari watak binatang. Jika yang anda inginkan memakai mahkota berarti anda adalah seorang perempuan yang berwujud laki-laki. Sebab berdandan dan bersolek adalah bagian dari kegemaran kaum perempuan. Jika yang anda inginkan ialah melampiaskan kemarahan terhadap musuh-musuh anda berarti anda adalah seekor singa atau seekor serigala yang berbentuk seorang manusia. Karena hal itu adalah bagian dari watak binatang buas.
Jika yang anda inginkan ialah mendapatkan pelayanan orang lain berarti anda adalah orang bodoh yang berupa orang pintar. Karena kalau anda seorang yang pintar anda pasti tahu bahwa mereka melakukan hal itu demi urusan perut, demi kesenangan kemaluan dan demi nafsu mereka. Sejatinya mereka melayani dan bersujud kepada diri mereka sendiri, bukan kepada anda. Buktinya kalau misalkan mereka mendengar informasi anda akan dipecat dari tahta kekuasaan dan akan digantikan penguasa lain, tentu orang-orang tersebut akan berpaling meninggalkan anda. Dimanapun yang mereka utamakan adalah uang. Mereka bersedia menjadi pelayan bahkan bersujud demi uang. Jadi sejatinya ini bukan pelayanan yang tulus, melainkan lelucon.