Ingin Ramadhan Membekas, Begini Caranya
Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita. Sebagai seorang muslim, kita patut merasa sedih dan berat hati berpisah dengan bulan Ramadhan.
Karena ia merupakan bulan penuh keberkahan, rahmat, maghfirah dan keutamaan lainnya. Moment yang selalu dirindukan kehadirannya.
Namun demikian, kita harus ikhlas merelakan kepergiaannya. Kita berharap dan berdoa kepada Allah Swt agar amal ibadah kita padanya diterima oleh Allah Swt, istiqamah dalam ibadah dan amal shalih, dan dipertemukan kembali dengan Ramadhan yang akan datang.
Pada bulan Ramadhan, umat Islam berlomba-lomba melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Berbagai kelebihan dan keutamaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan telah memberikan motivasi dan semangat bagi kita untuk meraihnya. Maka, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masjid dan mushalla penuh dengan jamaah shalat lima waktu, tarawih, witir dan tadarus Al-Qur’an. Umat Islam berlomba-lomba berinfak, bersedekah dan sebagainya.
Kini Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Lantas, bagaimana status ibadah dan amal shalih kita pasca Ramadhan? Apakah kita istiqamah beribadah dan beramal shalih seperti yang kita lakukan selama Ramadhan? Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap perilaku kita sepeninggalnya? Dan bagaimana sepatutnya mengisi hari-hari pasca kepergian Ramadhan?
Beberapa pertanyaan ini patut mendapat perhatian kita, dalam rangka muhasabah dan meningkatkan keimanan kita, agar semangat Ramadhan terus hidup di jiwa kita dan membekas dalam perilaku kita sehari-hari.
Sejatinya pasca Ramadhan kita diharapkan istiqamah dan mampu serta terbiasa dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih selama sebelas bulan ke depan. Semangat Ramadhan membekas dalam diri kita. Inilah tanda kesuksesan Ramadhan kita. Bulan Ramadhan kita telah mentraining kita secara fulltime 30 hari berturut-turut untuk melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Tujuannnya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa sepeninggalnya Ramadhan.
Ramadhan telah memberikan pembelajaran yang banyak terhadap kepribadian seorang muslim dalam rangka melahirkan insan yang bertakwa. Di antaranya yaitu:
Pertama, semangat beribadah dan beramal shalih. Ramadhan mengajarkan kita untuk semangat beribadah dan beramal shalih. Maka, pasca Ramadhan ini diharapkan kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadhan. Ibadah dan amal shalih itu tidak hanya disyariatkan untuk bulan Ramadhan saja, namun juga diperintahkan sepanjang masa selama kita hidup di dunia yang fana ini. Inilah tujuan kita hidup di dunia sebagai makhluk Allah Swt sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56). Bahkan kita diperintahkan untuk berlomba berbuat beribadah dan berbuat amal shalih (kebaikan) setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan..” (Al-Baqarah: 148).
Kedua, senantiasa menjaga diri dari maksiat. Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dari hawa nafsu dan menjaga diri maksiat lewat ibadah puasa. Nabi Saw bersabda: “Puasa itu penahan maksiat” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Pada waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hubungan suami istri, dan dari hal-hal diharamkan oleh syariat. Jika hal-hal yang mubah seperti makan, minum dan hubungan istri dilarang pada waktu berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan. Maka, sudah sepatutnya setelah Ramadhan ini kita mampu menjaga diri dari maksiat, baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina, menipu, menfitnah dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri, merampok, mencopet, korupsi, menzhalimi, memukul, membunuh, pamer aurat, pacaran, pergaulan bebas laki dan perempuan non mahram dan sebagainya. Dengan demikian, pasca Ramadhan ini kita diharapkan menjadi seorang muslim yang shalih dan berakhlak mulia.
Ketiga, suka membantu dan mencintai saudara seiman. Ramadhan mengajarkan kita untuk bersolidaritas dan peduli terhadap saudara kita yang menderita hidupnya yaitu orang-orang fakir dan miskin melalui perintah berinfak, shadaqah dan zakat. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan selalu bersolidaritas dan membantu saudara-saudara kita yang menderita hidupnya, baik saudara kita seiman di tanah air maupun di berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Suriah, Rohingya (Burma) dan lainnya. Rasul saw juga bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasul Saw juga bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Mengenai keutamaan berinfak, Allah Swt berfirman, “Dan apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri…” (Al-Baqarah: 272). Rasulullah saw bersabda, “Setiap hari, dua malaikat turun kepada seorang hamba. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak. Dan yang lain berdoa, “Ya Allah, hilangkan harta orang yang menolak infak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi infak itu pada hakikatnya untuk kita diri sendiri. Mengenai keutamaan menolong saudara seiman, Rasulullah saw bersabda, “Allah menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. (HR. Muslim).
Keempat, senantiasa menjaga shalat berjama’ah. Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat berjama’ah melalui shalat tarawih. Pada saat shalat tarawih, masjid-masjid dan mushalla-mushalla penuh dengan jama’ah. Maka, diharapkan pasca Ramadhan kita terbiasa melakukan shalat fardhu berjama’ah di masjid atau mushalla. Semangat shalat berjama’ah ini harus dipertahankan dan dilanjutkan pada shalat lima waktu setelah Ramadhan. Shalat fardhu secara berjama’ah sangat digalakkan dalam Islam. Menurut sebahagian ulama hukumnya sunnat muakkad. Bahkan menurut sebahagian ulama lainnya hukumnya wajib berdasarkan hadits-hadits yang mengancam orang yang meninggalkan shalat berjama’ah. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa shalat berjama’ah sangat digalakkan dalam Islam dan tidak boleh disepelekan atau dianggap hal biasa dengan meninggalkannya tanpa uzur syar’i (halangan yang dibenarkan syariat) seperti hujan, cuaca panas atau dingin, banjir, binatang buas dan sebagainya.
Banyak keutamaaan shalat berjama’ah. Di antaranya yaitu pertama, orang yang shalat berjamaah mendapatkan 27 kali lipat pahala dibandingkan shalat sendirian (HR. Bukhari dan Muslim). Kedua, setiap langkah orang yang shalat berjama’ah dicatat satu pahala sekali gus dihapus satu kesalahan (HR. Bukhari dan Muslim). Ketiga, orang yang shalat berjama’ah akan tetap di doakan oleh para malaikat setelah shalatnya sampai shalat berikutnya selama ia masih ditempat shalatnya (HR.Bukhari dan Muslim). Keempat, makmum yang berbarengan ucapan aminnya dengan para malaikat, maka diampuni dosa-dosanya (HR. Bukhari). Dan lainnya.
Kelima, senantiasa menjaga shalat sunnat. Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan Ramadhan dihitung seperti pahala wajib di bulan selainnya (HR. Baihaqi). Oleh karena itu, orang berlomba-lomba melakukan amalan sunnat seperti shalat tarawih, witir, tahajjuj, dan lainnya. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan kita untuk tetap istiqamah menjaga shalat-shalat sunnat baik Rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, syuruq, setelah wudhu’, tahajjuj, witir, dan shalat sunnat fajar.
Adapun keutamaan shalat Rawatib yaitu dibangunkan rumah di surga (HR. Muslim). Keutamaan shalat Dhuha yaitu pahalanya sama seperti bersedekah (HR. Muslim). Keutamaan shalat sunnat syuruq yaitu pahalanya seperti haji. Keutamaan shalat sunat setelah wudhu adalah memasukkan ke dalam surga sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi saw yang bertanya kepadanya penyebab ia masuk surga. (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun keutamaan shalat sunnat fajar adalah pahalanya lebih baik dari dunia dan isinya (HR. Muslim)
Keenam, senantiasa menjaga puasa sunnat. Ramadhan melatih dan mendidik kita untuk terbiasa berpuasa melalui puasa wajib Ramadhan, agar kita menjadi orang bertakwa. Maka pasca Ramadhan kita diharapkan mampu melakukan puasa-puasa sunnat seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa Senin dan kamis, puasa pertengahan bulan hijriah (hari ke 13, 14 dan 15), puasa Nabi Daud (sehari berpuasa dan sehari berbuka), puasa sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah khususnya puasa arafah (hari ke 9 Zulhijjah), dan puasa Muharram khususnya tasu’a (9 Muharam) dan ‘Asyura (10 Muharram).
Keutamaan puasa yaitu; Pertama, orang yang berpuasa dimasukkan dalam surga (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Hakim). Kedua, orang yang berpuasa dijauhkan dari api neraka (HR. Al-Jama’ah kecuali Abu Daud). Ketiga, orang yang berpuasa diberi syafaat pada hari Kiamat. Adapun keutamaan puasa enam hari bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun (HR. Muslim). Keutamaan puasa arafah adalah diampuni dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmizi). Keutamaan puasa ‘asyura adalah diampuni dosa setahun yang lalu. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmizi). Adapun puasa ‘Asyura, puasa nabi Daud dan puasa sepuluh pertama bulan Zulhijjah adalah puasa yang paling dicintai Allah Swt setelah puasa Ramadhan.
Ketujuh, suka membaca Al-Qur’an. Ramadhan menggalakkan kita untuk tadarus Al-Qur’an dengan membaca Al-Qur’an, memahaminya, mengkhatamkannya, mentadabburinya, menghafalnya dan mempelajarinya. Pada bulan Ramadhan, Umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an menggema di mana-mana, di masjid, mushalla, rumah, dan di tempat lainnya. Maka, sepeninggal Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan tadarus al-Qur’an pada setiap saat. Tadarus Al-Qur’an itu tidak hanya diperintahkan pada bulan Ramadhan saja, namun juga diperintahkan setiap saat pada bulan-bulan lainnya.
Banyak sekali keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an, di antaranya yaitu; Pertama: mendapatkan syafaat pada hari Kiamat (HR. Muslim). Kedua, orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya adalah orang yang terbaik. (HR. Bukhari). Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an dimasukkan ke dalam surga bersama para malaikat yang suci. (HR. Bukhari & Muslim). Keempat, orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmat, doa malaikat dan pujian dari Allah. (HR. Muslim). Kelima, mendapat pahala yang berlipat ganda, setiap huruf dibaca mendapat sepuluh pahala (HR. At-Tirmizi), dan sebagainya.
Demikianlah hendaknya kita mengisi hari-hari pasca Ramadhan selama sebelas bulan ke depan yaitu dengan istiqamah melakukan berbagai ibadah dan amal shalih seperti pada bulan Ramadhan.
Indikator kesuksesan Ramadhan kita akan terlihat pada kuantitas dan kualitas ibadah kita pada hari-hari setelah Ramadhan sebelas bulan kedepan ini. Jika ibadah dan amal shalih yang kita lakukan pada waktu Ramadhan membekas pada diri kita dengan ditandai semakin baik perilaku, ibadah dan amal shalih kita berarti kita telah sukses di bulan Ramadhan yaitu menjadi orang yang bertakwa.
Semoga ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadhan diterima oleh Allah Swt. Dan semoga kita termasuk kita termasuk orang-orang yang sukses dalam Ramadhan dengan meraih berbagai keutamaan Ramadhan dan mendapat gelar taqwa. Amin..!
Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA
Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh, & anggota Ikatan Ulama & Duat Asia Tenggara.