Ferdy Non-Aktif, Istri dan Bharada E Minta Perlindungan, Antibody Indonesia Naik
Judul tulisan yang ‘enggak ‘nyambung. Mungkin banyak yang menyimpulkan begitu. Apa hubungan antara ketiga tindakan itu dengan antibody? Tunggu dulu. Jangan buru-buru ‘dismissive’. Kita simak penjelasan berikut ini.
Ada perkembangan yang menarik. Ferdy Sambo, Kadiv Propam, dinonaktikan. Tujuannya hanya satu: agar penyelidikan dan penyidikan peristiwa “polisi tembak-polisi” di rumah Ferdy berjalan objektif. Tidak ada intervensi, tidak ada rekayasa.
Sebelum tindakan Kapolri menonaktifkan Ferdy, istri beliau, Putri Candrawathi, meminta perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Banyak yang terperangah. Istri polisi pangkat tinggi kok minta perlindungan? Ancaman dari mana?
Bharada E (atau Bharada RE) yang dikatakan polisi terlibat baku tembak dengan Brigadir J, juga meminta perlindungan LPSK. Padahal, menurut penjelasan Polisi, Baharada E itu “membela diri” dari tembakan Brigadir J.
Sebelum diuraikan analisis tentang ini, ada satu hal yang perlu disampaikan kepada semua orang. Bahwa pencopotan jabatan Kadiv Propam dari Ferdy, istrinya yang meminta perlindungan dari LPSK dan juga Bharada E yang meminta perlindungan serupa, memberikan dampak yang sangat positif kepada seluruh rakyat Indonesia. Khususnya para pasien berbagai penyakit.
Pertama, bakal banyak pasien yang sembuh dari sakit mereka. Kedua, bakal banyak pasien yang akan naik status menjadi setengah sembuh. Ketiga, akan banyak orang yang tak jadi sakit.
Nah, kok bisa? Tentu saja bisa. Sebab, pencopotan Ferdy dan langkah istrinya serta Bharada E meminta perlindungan LPSK itu membuat seluruh rakyat gembira. Semua orang, baik yang sehat maupun yang sakit, merasa gembira. Semua merasa bahagia.
Gembira dan bahagia karena apa? Rakyat gembira dan bahagia karena penyelidikan dan penyidikan kemungkinan akan berjalan apa adanya. Transparan. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Ada harapan bahwa slogan “equality before the law” (sama di mata hukum) itu akan bermakna. Inilah yang membuat semua orang gembira. Bahagia!
Nah, seluruh ulama psikologi sepakat bahwa perasaan gembira, perasaan bahagia, perasaan senang, mampu menaikkan daya tahan tubuh alias imunitas. Bisa meperkuat antibody manusia. Karena antibody naik, maka kekuatan badan untuk menolak penyakit, konon, semakin tinggi.
Baik. Sekarang, apa arti pencopotan Ferdy? Simpel saja. Kekuasaannya dilucuti. Dia menjadi perwira non-job. Dia tak punya anak buah lagi. Tidak ada yang harus meminta izin dari beliau. Dia lemah dan menjadi ‘bukan siapa-siapa’ lagi. Tidak ada yang memerlukan tanda tangannya. Untuk sementara ini, paling tidak.
Karena Ferdy lemah setelah dicopot, maka tim penyidik menjadi kuat. Ini merupakan konsekuensi logisnya.
So, sampai selemah apa Ferdy nantinya? Bisa sangat lemah. Bahkan tidak tertutup kemungkinan beliau akan tergiring menjadi tersangka.