Maulid Nabi, Cintailah Rasulullah Saw!

Sebagai salah satu wujud rasa mahabbah terhadap Rasul, umat Islam setiap tahunnya memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Hampir di setiap masjid di pelosok pedesaan sampai Masjid Istiqlal di ibu kota, Jakarta.
Pertanyaannya, apakah sudah benar-benar cinta kepada Rasul terakhir ini? Dan mengapa setiap muslim wajib mencintai Beliau? Dan bagaimana caranya kita untuk mahabbah kepada kekasih Allah, Muhammad Rasulullah Saw?
Itulah pertanyaan yang harus kita jawab agar kita sebagai muslim benar-benar mencintai Rasulullah Saw dan tidak sesat jalan.
Perintah Allah SWT
Mencintai Rasul adalah perintah Allah dalam Al-Qur’an, dimana Allah SWT mewajibkan hamba-Nya untuk mencintai Rasulullah Saw sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ ٣٦
“Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab 36)
Jadi tidak ada pilihan lain dalam satu perkara yang sudah diputuskan Allah dan Rasul-Nya, untuk menyelisihinya. Kalau menyelisihinya berarti tidak menaati Allah SWT dan Rasulullah Saw.
Firman Allah SWT:
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَࣖ ٢٤
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. At-Taubah: 24).
Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia) menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut: “Katakanlah (wahai Rasul) kepada kaum mukminin. “Sesungguhnya bila kalian lebih mengutamakan ayah-ayah, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat dan harta benda dengan yang kalian kumpulkan dan perdagangan yang kalian khawatirkan tidak laku dan rumah-rumah nyaman yang kalian tinggali, bila kalian lebih mengutamakan semua itu daripada cinta kepada Allah dan cinta kepada RasulNya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah oleh kalian siksaan Allah balasanNya yang akan menimpa kalian.” Dan Allah tidak memberikan taufik kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepadaNya.” (sumber: https://tafsirweb.com/3040-surat-at-taubah-ayat-24.html)
Allah-lah yang menyuruh hamba-Nya agar mengikuti Rasul-Nya, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, ini firmanNya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” [QS. Al-Hasyr: 7).