REMAJA

Aku Pengen Viral, Kak!

Besties, ada yang tahu mengapa sekarang ini santer terjadi fenomena ‘asal viral terkenal, walaupun kadang tak penting bagi saya, kita dan dunia? Jawabannya karena manusia hari ini semakin jarang mengakses BUKU.

Untuk mengenal peristiwa dan tokoh fenomenal dari buku, butuh waktu cerna yang tak sedikit. Butuh konsentrasi dan penalaran. Intinya proses berpikir dan analisis. Karena indera penglihatan, hakikatnya tak hanya dimanjakan objek visual bergerak atau gambar. Ketika membaca, yang terindera ‘cuma’ mozaik aksara, alinea lalu membentuk sebuah narasi. Sebenarnya mirip juga dengan obyek tampilan visual yang terdiri dari jutaan pixel alisan potongan gambar.

Namun, mana yang lebih mudah, memahami gambar atau bacaan? Pastinya gambarkan? Karena gambar akan langsung ter-capture oleh mata dan dikirim sebagai impuls ke otak, lalu di-translate. Sebuah artikel atau narasi, kadang membuat kening berkerut, kadang juga manggut-manggut. Sama halnya, deretan angka yang di-mix dengan huruf dalam deretan persamaan linier pasti lebih bikin mumet lagi.

Lain ceritanya jika deretan angka matematika yang di-input ke dalam kalkulator, cuss langsung muncul hasilnya. Easy banget. Begitulah, terkadang mesin kecerdasan artifisial dan teknologi telah memudahkan kehidupan manusia. Tapi berimbas negatif pada kemampuan manusia dalam problem solving dan kognisinya.

Selama otak tak diberikan challenge, otak akan ‘membersihkan rumahnnya’.  Bagaimana maksudnya? Sel otak (neuron) saling terhubung satu sama lain oleh sebuah sinapsis. Semakin banyak sinapsis, otak akan semakin ‘encer’ berpikir. Semakin cepat koneksinya.

Sinapsis ini akan semakin banyak jika dibawa berpikir. Jika kebalikannya, misalkan malas berpikir, malas membaca, mudah menyerah dengan masalah, intinya mau yang mudah-mudah saja, aman-aman aja, sinapsis ini akan hancur.

Banyaknya sinapsis yang hancur ini menyebabkan otak jadi lemah. Jika otak kehilangan sinapsis dalam jumlah banyak, maka kemampuan berpikir menurun. Mudah lupa. Lalu lambat laun pikun (demensia).

Nah, tergambarkan relate-nya dengan fenomena asal viral terkenal? Simpelnya, coba tonton saja anak-anak SCBD yg diwawancara. Kosakata sederhana saja kadang tak paham. Apalagi pas ada yang wawancara pakai bahasa Inggris harian yang sebenarnya mudah dipahami.

Bukannya menghina, tapi sedih lihat generasi milineal zaman now. Hidupnya hari ini low quality, tapi high dreaming. Kalau kata Rasulullah Saw ‘ibarat buih di lautan’. Kelihatannya banyak namun eksistensinya tak memberi faedah.

Viral dan terkenal itu harusnya dibarengi dengan pengaruh yang baik dan bermanfaat. Kalau asal terkenal saja, kata almarhum Kiai Zainuddin MZ: “pasti bukan elo yang masuk surga, Madonna lebih pantes, cuy”.

Nah, Besties pengen viral? Diviralin sama Allah lho dan ada nih resepnya. Dalam surat Al Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button