RESONANSI

B3++

Sedangkan, dewasa ini di Indonesia dengan caranya aneksasi feodal yang semula berkedok demi kepentingan demokrasi, dalam sistem presidensial sekalipun, seolah para elitis politik itu bernaung di dalam topeng bermaskaranya itu untuk menaungi rakyat mewakilinya.

Tetapi, ketika mereka kemudian memasuki istana dan gedung parlemen memegang kendali kekuasaannya, rakyat itu sesungguhnya sudah ditinggalkannya amat jauh.

Teriakan aspirasi, sudah menghilang tiada lagi makna dan empatinya. Gedung pemerintahan dan parlemen dibangun begitu pongah dan sombong selalu ditutupi pintu gerbang dan pagar tinggi sesungguhnya tak ramah, semata hanya bentuk simbol penolakan kepada rakyat secara mentah-mentah. Demokrasi itu sendiri sesungguhnya telah mati suri.

Lantas, ketika rakyat memberontak kemudian menjadi musuhnya melakukan perlawanan. Alasan hukum fundamental ditegakkan yang telah dicetak oleh pengalaman sejarah, justru menggerusnya hanya sebagai nilai utopis tak bermakna, sengaja diacuhkan oleh penguasa feodal, tetapi selalu dipropagandakan sebagai pedoman. Itulah perlakuan rezim penguasa feodal terhadap Pancasiladan UUD 1945 kini.

Hukum sebagai panglima penguasa feodal sesungguhnya hukum yang dibuat sangat elementer hasil konspiratif direkayasa mereka hanya untuk keberlangsungan segala kepentingannya mereka sendiri.

Rakyat hanya tetap menjadi sosok jongos dan jelata, yang nyaris pasti sendiri berjuang untuk mempertahankan survival hidupnya.

Negara yang seharusnya menaungi dan melindunginya keburu sudah menjadi sarang para penjahat elit politik feodalisme itu, sarang kekuasaan yang segala sesuatunya dilakukan demi dari dan oleh untuk kepentingan transaksional seterusnya dan seterusnya, tanpa kendali.

Dari titik mula ini terjadilah kode B3++ itu dilayar naratif dan ide para pemberontak dan kelompok kaum oposan untuk melakukan revolusi perubahan dan pembaharuan. Kadangkala harus dengan revolusi “People Power” yang pasti akan mengundang anarkisme dan pemberontakan massal.

B3++ itu sesungguhnya singkatan dari Bangsa Budak Belian plus-plusnya ikutannya, adalah secara faktual kita telah melihatnya dari kejadian dan peristiwanya yang telah terjadi, sehingga saking kesalnya menimbulkan umpatan kita: Bedebah dan Biadab!!

Disebut bangsa budak belian plus bedebah plus biadab, karena demokrasi sejati yang sesungguhnya bentuk murah hati suara kesepakatan antara permusyawarahan dan hikmah kebijaksanaan yang menjunjung tinggi-tingginkedaulatan rakyat, hanya jadi utopia sejarah yang sudah sudah tak ada lagi. Kecuali, dihargai dengan nilai nominal sangat mahal melalui proses transaksional tersembunyi itu.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button