LAPORAN KHUSUS

Geliat Dakwah di Sabah

Ustaz Abdul Halim Abas

Dakwah Islam di Sabah terus dilanjutkan pada kepemimpinan berikutnya. Di masa Partai Berjaya, pemimpinnya bernama Datuk Haris Saleh, seorang keturuan Pakistan dan ia yang meneruskan kerja-kerja dakwah yang dilakukan Tuan Mustofa di tahun 70an. Banyak para pendakwah dari luar masuk ke Sabah, termasuk Ustaz Halim yang datang ke Sabah pada tahun 80an. Pada tahun-tahun itu, banyak umat Islam yang perlu ditingkatkan kualitas ibadahnya seperti membenarkan bacaan-bacaan shalat. Ustaz Halim sendiri masuk ke Sabah mengawali aktivitasnya dengan banyak mengajar masyarakat sampai mendirikan sejumlah madrasah. Diantara pendakwah di Sabah ketika itu, salah satunya orang sunda yang bernama Mandor Syarif, dia pengawas kebun tapi punya keahlian di bidang pengobatan. Banyak suku yang sudah ia Islamkan, bahkan jumlahnya bisa sampai ribuan orang. Tapi kemudian dia pulang ke Indonesia dan meninggal di Bandung. Selain itu yang mengembangkan Islam di Sabah ada Tuan Haji Zaini asal Palembang, ia mengajarkan hukum-hukum syariat dan ada peninggalan sejumlah tulisannya di Sabah. Tapi kemudian ia meninggal karena diracun oleh seseorang di Kundasang, jenazahnya dikebumikan di Kota Belud.

Diantara para pendakwah di Sabah, ada Tuan Guru Haji Muda di Lahad Datu. Yang unik, pendakwah asal Pakistan ini memerintahkan jemaahnya azan empat penjuru, maksudnya azan dilakukan empat orang secara bersamaan di satu masjid. Tuan Guru Haji Muda punya pengaruh yang cukup besar dari Sabah sampai ke Selatan Filipina. Setelah Sabah berkembang dan merdeka, para pelajar dikirim ke pondok-pondok di Semenanjung dan Indonesia, semua itu dibiayai langsung oleh pemerintah.

Tahun 90an, sudah banyak Muslim yang berpendidikan sekolah agama dan juga hafizh Qur’an, terutama anak para mualaf. Orang tuanya mengantar anak-anaknya ke berbagai ma’had, termasuk ke Gontor dan pesantren-pesantren di Indonesia. Bahkan ada yang ke Mesir dan Yaman. Jadi walaupun kondisi Sabah sekarang masih banyak kekurangan, tapi kalau mengikuti sejak tahun 50an itu sudah banyak perubahan. Masjid-masjid sudah bermunculan, bahkan seperti Masjid Banda Raya, itu bisa sampai dikunjungi seribu orang khususnya oleh wisatawan setiap harinya. Itu diantaranya karena masjidnya cantik dan berdiri di atas air. Pertumbuhan masjid berbanding sejak dahulu sudah lumayan bagus, selain jumlahnya, bangunannya pun mengalami perkembangan. Dari mulai bangunan kecil sederhana sekarang menjadi masjid-masjid yang megah. Ada juga masjid yang memiliki lembaga tahfidz yang jumlah santrinya ratusan orang. Termasuk pondok pesantren, dahulu jarang sekali, namun sejak tahun 80an sudah bermunculan. Ustaz Halim dan timnya pun ikut membangun pondok-pondok di sejumlah wilayah Sabah seperti di Tawau, Beaufort, Tuaran dan lainnya. Hasil lulusannya banyak yang menjadi guru-guru di sekolah agama rakyat hingga sekarang. Jadi, peningkatan agama Islam bisa terlihat jelas, sekarang banyak hafidz yang menjadi imam shalat.

Ustaz Halim sendiri, sejak awal tahun 80an ia sudah berkeliling di Sabah, berdakwah dari kampung ke kampung. Dan di tahun-tahun berikutnya, ia dan kawan-kawan membangun sejumlah madrasah. Sampai sekarang sudah ada empat madrasah, pertama Rumah Transit Mualaf di Ranau, kedua Rumah Transit Hidayah di Kiulu, ketiga Taribyatun Nisa di Tuaran dan madrasah Lukmanul Hakim di Pitas. Para santrinya kebanyakan berasal dari suku Dusun, pendatang Filipina, suku Murut dan lainnya. Dari semua madrasah yang didirikan, operasional pendidikan para santri dibiayai sepenuhnya alias gratis, semua ditanggung pihak madrasah dan sejumlah donatur. Hasil pendidikan yang dilaksanakan diantaranya untuk mencetak imam yang nantinya menjadi imam di masjid-masjid. Selain itu, madrasah ini juga melatih bagaimana cara memandikan mayat karena di Sabah ini masih sedikit yang memiliki keahlian tentang masalah kematian ini.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button