Hasan al Bana, Sayid Qutb, Maududi, An Nabhani dan Al Attas
Sayid Qutb, pelanjut al Bana, juga syahid di jalan Allah. Ia dihukum gantung oleh penguasa yang zalim, Gamal Abdul Nasir. Tapi anehnya para orientalis dan kaum Muslim yang tidak paham sejarah, justru memuji Gamal dan menjelek-jelekkan Qutb.
Keenam, Taat. Pemimpin akan lahir jika ia mau dipimpin. Dengan pengalaman dipimpin, ia akan merasakan dan menjiwai bagaimana kepemimpinan yang baik. Seorang anak buah harus taat pada pemimpinnya, selama pemimpin itu tidak menyuruhnya berbuat maksiyat (melanggar ketentuan Allah dan RasulNya). Bila pemimpin bermaksiyat, maka anak buah boleh menyeleweng. Rasulullah menyatakan,”Tidak ada ketaatan dalam maksiyat kepada Khaliq (Allah SWT).”
Kader-kader Islam mesti difahamkan tentang ini. Para pemimpin yang senior itu telah makan asam dan garam. Mereka tahu, mana jalan yang terang, gelap dan abu-abu. Mereka kebanyakan telah merasakan langsung jalan yang gelap itu. Mereka tidak mau pengalaman buruk itu dialami para pemuda. Kaum muda biasanya ‘sombong’ seolah-olah sok tahu segalanya, padahal ilmu dan pengalamannya masih sedikit. Kisah Nabi Khidir yang mengajarkan ilmu tentang masa depan kepada Nabi Musa bisa kita ambil hikmahnya (surat al Kahfi).
Ketujuh, Tsabat, Istiqamah. Dalam perjuangan Islam, seseorang harus fokus dalam perjuangan. Jangan sampai gemerlapnya dunia, menyilaukannya sehingga meninggalkan perjuangan itu. Kader yang tidak matang –ketika dunia datang kepadanya- ia seringkali meninggalkan idealismenya. Ia tunduk pada ‘dunia yang mengitarinya’. Tujuan mulianya untuk menegakkan Islam, tujuan mulianya untuk melanjutkan risalah Nabi, terhenti.
“Laki-laki (orang) yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).” (QS an Nuur 37)
Ia tidak lagi berjuang. Ia sibuk menumpuk harta atau ia sibuk mencari popularitas dirinya. Ia meninggalkan dakwah. Ia meninggalkan jihad dan amar makruf nahi mungkar.
Kedelapan, Tajarrud, Totalitas. Maknanya dalam melanjutkan perjuangan menegakkan risalah Nabi, harus total. Fikiran, fisik dan hartanya mesti diarahkan ke arah ini. Tidak ada keberhasilan yang setengah-tengah. Keberhasilan akan dicapai, bila orang itu total berjuang pada yang diyakininya.
Rasulullah total dalam kehidupannya adalah kehidupan dakwah. Rasul total dalam kehidupannya menegakkaj jihad dan amar makruf nahi mungkar. Ketotalan Rasulullah dalam bersikap ini, menjadikan para sahabat tidak ragu ‘mengangkatnya sebagai pemimpin.’
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil. Yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS al Fath 29)
Kesembilan, Ukhuwah, Persatuan/Solidaritas. Ukhuwah Islamiyah atau Ukhuwah Imaniyah adalah di atas segalanya. Di atas ukhuwah basyariyah dan ukhuwah wathaniyah. Kenapa? Di ukhuwah basyariyah ada orang kafir, munafik dan zalim. Kita hanya ukhuwah pada orang mukmin dan adil. Di ukhuwah wathaniyah juga begitu.