Hasan al Bana, Sayid Qutb, Maududi, An Nabhani dan Al Attas
Militer seringkali mengesampingkan akal dalam perebutan kekuasaan. Militer seringkali menganggap enteng membunuh manusia, Membunuh jutaan orng pun ia anggap enteng karena itu musuhnya. Seperti yang dilakukan George W Bush yang dikelilingi pendeta-pendeta Kristen, kepada Irak.
Bila politik dan militer memecah belah, maka pendidikan cenderung menyatukan. Para guru bersatu mendidik murid-muridnya agar menjadi anak yang shalih, cerdas dan kreatif. Khususnya guru-guru Islam.
Para guru adalah pecinta ilmu. Mereka senang kepada inovasi atau kreativitas hal-hal yang baru untuk kebaikan manusia bersama.
Dalam Islam, guru yang terbaik adalah Rasulullah. Rasul memimpin manusia, bukan hanya fisiknya tapi juga akal dan ruhaninya.
Rasul langsung memimpin peperangan melawan orang-orang kafir dan munafik yang memerangi Islam. Rasul memberikan teladan berpuasa, untuk membina fisik yang kuat. Rasul berjalan kaki ratusan kilometer untuk membentuk peradaban Islam yang mulia. Peradaban Islam, peradaban manusia yang sesungguhnya, menurut Sayid Qutb.
Kembali pada Prof Naquib al Attas. Pengalamannya dalam militer dan kehidupan di Barat, mendorong al Attas untuk membentuk perguruan tinggi ISTAC, International Institute of Islamic Thought and Civilization. Al-attas melihat bahwa Barat –dengan pengalaman peradabannya ratusan tahun—tidak bisa dikalahkan dengan militer dan politik. Barat ‘hanya’ bisa dikalahkan dengan jalur pendidikan. Barat bisa dikalahkan dengan ketinggian ilmu dan akhlak mulia.
Maka al-Attas mendidik para mahassiwa-mahasiswa pasca sarjana. Mereka yang dididik di Istac diharapkan menjadi singa-singa Islam yang akan mengalahkan para orientalis. Para orientalis yang ratusan tahun tekun mempelajari Islam dan kelemahannya harus dilawan dengan cendekiawan-cendekiawan Islam yang tekun dan memahami kelemahan Barat.
Lulusan-lulusan Istac akhirnya mampu mengalahkan para orientalis. Majalah atau Jurnal Islamia yang diterbitkan mereka mampu menggoncangkan pemikiran orientalis.
Perang pemikiran itulah perang di abad ini. Abad internet ini beda dengan abad dulu yang mengagungkan peperangan fisik. Abad ini adalah abad berbagi, abad ini adalah abad ensiklopedi. Abad ini adalah abad mencari yang terbaik. Abad ini abad saling menghormati manusia satu dengan manusia lain.
Abad internet ini bisa disebut juga abad perdamaian. Abad saling memahami. Abad hikmah, abad mencari rahasia segala sesuatu.
Dan bila manusia mencari rahasia segala sesuatu pasti nanti bertemu al Quran. Di Al-Qur’an, kata hikmah (wisdom) dan adil (justice) bertaburan. Dua kata itulah yang paling dicari manusia dalam abad ini. Dan itu ada dalam Al-Qur’an. (lihat: Adil dalam Al-Qur’an)
Tentang keadilan manusia ini, al-Attas menulis buku On Justice and The Nature of Man.
Renungkanlah ayat-ayat hikmah dalam Al-Qur’an di bawah ini,
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS al Baqarah 129)