NUIM HIDAYAT

‘Hikmah’ dari PDI Perjuangan

Kelebihan PDIP yang lain adalah tidak mempersoalkan siapa Ketua Umumnya. Mereka tidak peduli Megawati mau menjabat dua periode atau enam periode. Yang penting partai bersatu di bawah anak Soekarno ini. Di bawah Mega justru partai ini semakin kuat. Beda dengan banyak partai yang gonta ganti ketua umumnya tiap lima tahun, sehingga konstituennya bingung siapa sebenarnya yang menjadi ketua.

Solidnya PDIP, juga karena ideologi nasionalisme sekuler yang dibawa mereka. Ideologi yang diwariskan Soekarno ini menjadi pedoman bagi para kader. Sehingga mereka membuat sekolah untuk para kader-kader politik yang akan memimpin bangsa ini.

Sementara itu, di sisi lain, partai-partai Islam kurang semangat nasionalisme Islamnya. Banyak para kader yang terjun ke politik, tidak memahami perjuangan Islam yang telah ditorehkan para pahlawan Islam. Kader-kader partai Islam banyak yang tidak menjiwai perjuangan Wali Songo, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, Buya Hamka, Mohammad Roem dan lain-lain.

Dukungan penuh PDIP pada pemerintahan Jokowi saat ini sebenarnya menjadi peluang bagi partai Islam untuk menjadi besar. Sebab, pemerintah saat ini telah terbukti gagal, baik dalam memakmurkan masyarakat, menjamin keadilan hukum, maupun melindungi hak asasi manusia. Bila partai Islam aktif bersuara mengritik pemerintah, maka masyarakat akan simpati kepada mereka.

Di sisi lain, PDIP juga pandai memainkan isu. Kelemahan yang ada pada Megawati senantiasa ditutup dengan pernyataan-pernyataan tokoh PDIP lainnya. Apalagi dukungan media-media besar juga ’cukup solid’ kepadanya. Seperti Kompas, MetroTV, Berita Satu dan lain-lain.

Sekali lagi, manajemen PDIP yang membiarkan perbedaan pendapat di antara anggotanya, itu adalah satu hal penting sehingga partai ini terus menjadi juara sampai sekarang. Selama Ketua Umum belum ketok palu, maka perbedaan itu dibiarkan berlangsung di publik. Inilah salah satu hikmah yang mungkin bisa diambil oleh partai-partai Islam. Jangan mudah memecat anggota yang berbeda pendapat. Wallahu alimun hakim. []

Nuim Hidayat, Penulis Buku Islam.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button