NASIONAL

Ibnu Khajar Jadi Presiden Aksi Cepat Tanggap

Jakarta (SI Online) – Memasuki usia 14 tahun, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berganti kepemimpinan. Presiden ACT Ahyudin digantikan oleh Ibnu Khajar yang sebelumnya menjabat sebagai Vice President. Ahyudin kini menempati posisi baru sebagai Pembina Yayasan ACT.

Ahyudin mengatakan, regenerasi kepemimpinan menjadi keniscayaan sebuah organisasi yang ingin berkembang pesat.

“Organisasi perlu melakukan dinamisasi untuk penguatan dan pengembangan organisasi. Saat ini, Yayasan ACT tengah melakukan itu,” ungkap Ahyudin, di Jakarta, Kamis (1/8/2019).

“Insyaallah semua harapan besar untuk makin memperkuat kontribusi bangsa melayani masyarakat yang terpapar bencana kemanusiaan bisa diemban dengan baik oleh Pak Ibnu Khajar selaku Presiden ACT yang baru karena beliau sudah bersama ACT selama bertahun-tahun, sehingga tidak ada keraguan,” lanjut Ahyudin.

Ibnu Khajar sendiri telah lama berkiprah dalam pengembangan dan penguatan filantropi serta aksi kemanusiaan. Beberapa di antaranya adalah keterlibatannya pada pengelolaan sejumlah departemen di ACT, Disaster Management Institute of Indonesia (DMII)-ACT, dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI). Didukung dengan kuatnya kontribusi Ibnu di bidang tersebut, ia pun diamanahkan sebagai Presiden ACT. Dengan amanah baru, Ibnu Khajar mengajak seluruh stakeholders ACT untuk menguatkan peran lembaga di kancah nasional maupun global dengan menjalin kolaborasi bersama seluruh unsur masyarakat, baik sipil maupun pemerintahan.

“Saya terima sebuah amanah dari lembaga ini untuk memimpin sebuah lembaga yang telah berjalan selama 14 tahun. ACT, selama kiprahnya, terus membersamai Indonesia dalam setiap aksi kemanusiaan, baik dalam skala nasional maupun global. Harapannya, bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar. Kami ingin bersama bangsa ini untuk menjadi bangsa yang sangat terdepan dalam menjalani program kemanusiaan,” ungkap Ibnu dalam kesempatan yang sama.

Dalam mewujudkan harapan itu, menurut Ibnu, dibutuhkan kerja keras yang luar biasa dari seluruh elemen masyarakat. Mereka di antaranya publik, komunitas, relawan, korporasi, hingga pemerintah. Bersama seluruh stakeholder-nya, ACT membantu bangsa ini memberikan solusi pada permasalahan umat melalui jalur diplomasi kemanusiaan.

“Maka kami ingin pada waktu terjadi bencana kemanusiaan, bangsa ini, baik pada level pemerintah atau pun pada level masyarakat sipil, dapat bergerak cepat. Kami sangat sadar dan berterima kasih, di antara lembaga-lembaga kemanusiaan, ACT diberikan kesempatan untuk menjadi lembaga terbesar di Indonesia yang membersamai pemerintah melakukan penanganan korban bencana di banyak tempat,” imbuh Ibnu.

Sebagai informasi, sejak 2005 ACT senantiasa hadir dalam penanganan bencana dalam negeri seperti tsunami Aceh (2004-2005), gempa Yogyakarta (2006), erupsi Gunung Merapi (2010), gempa Pidie Jaya (2016), gempa Lombok (2018), dan gempa, tsunami, serta likuefaksi di Sulawesi tengah (2018). Hingga 2018, aksi-aksi kemanusiaan ini telah menjangkau lebih dari 30 juta penerima manfaat, dengan melibatkan sekitar 250 ribu relawan dan 230 ribu dermawan.

2014 lalu menjadi awal bagi ACT untuk menjalin kolaborasi kemanusiaan dunia, bersamaan dengan visi baru: menjadi lembaga kemanusiaan global profesional, berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global. Kini peran itu diikhtiarkan, semakin kuat, bukan hanya atas nama lembaga, melainkan memperkuat posisi bangsa sebagai bangsa yang berkiprah di kemanusiaan.

“Kami juga menyampaikan terima kasih, untuk amanah yang diberikan kepada kami. Hal ini menjadi bukti bahwa kepercayaan publik kepada kami besar atas amanah yang kami tunaikan. Kedua, jangan pernah berhenti peduli karena sesungguhnya kepedulian adalah bagian dari karakter bangsa ini, karakter masyarakat Indonesia,” tutup Ibnu.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button