OPINI

‘Islam Moderat’ dan ‘Moderasi Beragama’

Kelompok ketiga adalah kaum ‘tradisionalis’ yang menjunjung tinggi kepercayaan dan amalan turun-temurun seperti tahlilan, maulidan, dan tasawuf tarekat yang menekankan pengalaman batin dan hubungan syech-murid. Contohnya seperti kelompok Darul Arqam di Malaysia atau kelompok Fethullah Gülen di Anatolia. Mereka cenderung menjauhi politik praktis sehingga dianggap tidak berbahaya. Dalam beberapa kasus, golongan tradisionalis ini bahkan menjadi ‘mitra’ bagi penguasa dalam menekan kelompok-kelompok mereka tuduh radikal.

Suatu jaringan kaum moderat perlu dibentuk yang terdiri dari: (i) para intelektual dan akademisi muslim liberal yang ada di kampus, ormas dan lembaga-lembaga penelitian; (ii) para ulama, kyai dan ustadz-ustadz yang masih muda (young moderate clerics) dan berpikiran ‘terbuka’ untuk diajak berubah dan melakukan perubahan di komunitas masing-masing; (iii) para aktivis organisasi yang mau bergerak menyebarkan ide-ide baru kepada masyarakat dengan segala resikonya; (iv) kelompok-kelompok pembela perempuan dan minoritas yang melawan status quo dan mayoritas untuk menuntut hak-haknya; (v) para penulis, wartawan, dan figur publik yang pandai berkomunikasi secara lisan maupun tulisan melalui media massa. Lima kelompok inilah yang mesti digaet dan ‘dipelihara’ oleh AS dan sekutu-sekutunya (hlm. 79-80). Masalah dana tak perlu dicemaskan, sebab jutaan dolar telah disiapkan dan digelontorkan untuk proyek moderasi Islam ini (Lihat: David Kaplan, “Hearts, Minds & Dollars,” dalam U.S. News and World Report, April 25, 2005).

Epilog

Wacana ‘Islam moderat’ yang diprakarsai oleh Amerika dan sekutu-sekutunya merupakan bagian dari strategi perang melawan terorisme dan radikalisme dengan kaum muslim sebagai mitra sekaligus targetnya. Walhasil terjadilah perpecahan dan permusuhan antara sesama umat Islam yang berbeda kedudukan, berbeda organisasi, berbeda partai politik, dan berbeda mazhab.

Saling curiga dan saling menyerang pun tak dapat dihindari. Yang menembak dan ditembak sama-sama orang Islam. Pelaku maupun korban saudara seiman tetapi bermusuhan karena berbeda pandangan dan haluan.

“Wa la yazaluna yuqatilunakum hatta yaruddukum ‘an dinikum inistatha‘u”, firman Allah dalam Al-Qur’an (2:217). Artinya, “Mereka akan terus memerangi kamu sampai mereka dapat memurtadkan kamu dari agamamu, sebisa mungkin”. Jelaslah bahwa moderasi beragama yang dikehendaki Barat itu justru bertujuan untuk mengadu-domba dan melemahkan komitmen orang Islam kepada agamanya. Wallahu a‘lam. []

Dr Syamsuddin Arif

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button