Jabatan Itu Amanah
Jabatan itu amanah bukan nikmat yang harus disyukuri. Karenanya, harus dipertanggungjawabkan. Bukan saja kepada atasan dan rakyatnya di dunia ini, tapi juga harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Tuhan Pencipta dan Pengatur Alam Semesta.
Karena jabatan itu amanah, maka tak heran jika generasi salafus shalih dalam menyikapi jabatan itu sangat hati-hati, bahkan kalau bisa mereka menolak untuk menjadi seorang pemimpin atau pejabat negara.
Dan jika akhirnya mereka ‘dipaksa’ harus menerima beban amanah kekuasaan, mereka begitu takut dihisab oleh Allah SWT pada Hari Kiamat nanti.
Inilah yang tergambar dari ucapan Khalifah Umar bin Khathab r.a: “Seandainya ada seekor keledai terperosok di kota Baghdad karena jalan rusak, aku sangat khawatir Allah akan memintai tanggung jawabku di akhirat.”
Umar bin Khathab menyadari betul sabda baginda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya kekuasaan itu amanah, pada Hari Kiamat nanti akan berubah menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan hak dan menunaikan apa yang diamanahkan didalamnya.” (H.R. Muslim).
Seorang pengemban amanah berupa pangkat dan jabatan, apapun tingkatannya, mulai yang terkecil sampai yang terbesar, dituntut untuk menjalankannya dengan maksimal. Pejabat versi syariat tak lebih dari seorang wali anak yatim dan tukang ‘angon’ saja.
Setiap amanah berupa materi dan non materi di mata Allah SWT adalah tanggung jawab besar dan kelak akan dipertanyakan pada Hari Kiamat. Sekali lagi para pejabat perlu mawas diri dengan ancaman Nabi Saw:
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ma’qil Bin Yasâr ra berkata, aku mendengar Rasûlullâh Saw bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.” [Muttafaq alaih].
Dalam hadits yg lain disebutkan, Rasulullah Saw bersabda:
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad).
Bukan main-main ancaman untuk seorang penguasa yang penipu, curang dan pembohong ketika menjabat.Ancamannya haram masuk surga dan dimasukkan kedalam neraka yang begitu dahsyat panas dan pedihnya sehingga tidak bisa dibayangkan oleh otak manusia.
Semoga para pejabat yang telah dilantik dan disumpah tidak lupa dengan sumpahnya. Atau luntur imannya sehingga sangat rentan untuk berbuat zalim, korupsi dan menyalah gunakan jabatannya
Semoga para pejabat mulai dari pusat sampai daerah benar-benar pilihan melayani, mengayomi dan melindungi rakyat dan negara menuju negara ‘baldatun thayyibatun warabbun ghafur’. Aamiin. Wallahu a’lam bishshawab.
Kuala Tungkal, 01 November 2024.
Abd. Mukti, Pemerhati Kehidupan Beragama.