Jangan Berhenti di Blackpink Shopee

Sepertinya, petisi berjudul 'Hentikan Iklan Blackpink Shopee!!' yang digagas oleh Maimon Herawati menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Petisi ini muncul karena Maimon merasa iklan yang dibintangi Blackpink tersebut tidak pantas ditonton di televisi Indonesia. Perjuangan Maimon ini wajib diapresiasi. Di tengah-tengah banyak para ibu yang mulai tidak peduli terhadap segala yang ditonton anak, masih ada sosok yang serius berupaya membersihkan anak-anak dari tontonan yang tidak pantas. Namun yang memprihatinkan, ternyata perjuangan Maimon tidak sepenuhnya didukung oleh semua pihak. Bahkan tidak sedikit komentar yang berisi ketidaksetujuan terhadap langkah Maimon ini datang dari kalangan ibu-ibu juga. Salah satu tulisan seorang ibu di media sosial. Dengan gaya bahasa yang indah, ibu tersebut beropini bahwa dia akan membiarkan anaknya melihat orang pakai hotpants. Sebab dia tidak bisa memberikan selimut pada orang yang pakai hotpants. Dia juga tidak bisa menutup mata anaknya dimana-mana. Kemudian ia menulis bahwa, tugas ibulah untuk mengajarkan anak agar dia tidak memakai hotpants di ruang publik. Ini hanya salah satu tulisan. Ada beberapa tulisan lain, baik dalam bentuk artikel lengkap, maupun kalimat panjang dalam kolom komentar, yang bernada serupa. Intinya, mereka tidak mempermasalahkan tayangan iklan Blackpink Shopee tersebut. Berbanding terbalik dengan mereka, para ibu yang mengadu ke KPI dan juga membuat petisi, mereka berjuang begitu keras, karena telah memahami dampak buruk dari tayangan iklan itu. Tidak akan dibahas panjang lebar apa dampak buruknya. Tanpa dijelaskan pun, para ibu sejati akan paham dengan sendirinya. Sebenarnya, tontonan atau tayangan yang ada di televisi dengan konten yang tidak pantas, bukan hanya iklan Blackpink Shopee. Jika sudut pandang yang dipakai adalah Islam, maka hampir sebagian besar tontonan di televisi itu kontennya tidak layak dilihat. Bukan hanya oleh anak-anak, namun juga oleh mereka yang mengaku muslim. Namun karena sudut pandang yang dipakai bukan Islam, melainkan kapitalisme sekulerisme, maka berbagai tayangan itu terus saja dimunculkan. Yang penting, bisa menguntungkan secara materi. Yang penting, bisa menghibur. Tidak peduli melanggar norma. Tidak peduli akan merusak generasi. Padahal, media adalah bagian dari masyarakat, yang harus turut bertanggung jawab terhadap proses pembentukkan kepribadian calon penerus generasi. Ketika di rumah orang tua dan keluarga sudah berusaha keras mendidik anak-anak, dengan mudahnya hasil pendidikan itu akan rusak dengan tayangan tak pantas yang ada di media. Di dalam Islam, keberadaan media bukan hanya sebagai sarana untuk meraih keuntungan materi, apalagi dengan menghalalkan segala cara. Keberadaan media dijadikan sebagai sarana untuk menebar nilai-nilai luhur, meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga untuk menjaga style agar tetap berjalan sesuai dengan aturan Islam. Hanya saja, membatasi atau mengontol media sehingga harus sesuai dengan aturan Islam dalam negara yang tidak menerapkan aturan Islam seperti saat ini, adalah hal yang sangat sulit. Bahkan untuk menghilangkan satu tayangan saja membutuhkan perjuangan para ibu-ibu militan, di tengah-tengah pro dan kontra. Sebab, hanya negara yang menerapkan aturan Islam saja yang akan mampu mengontrol media, agar menayangkan tontonan yang sesuai dengan aturan Islam. Oleh karena itu, semoga perjuangan menghilangkan tayangan iklan Blackpink Shopee ini menjadi langkah awal para ibu-ibu militan, untuk terus melanjutkan perjuangannya menjaga generasi, yakni dengan berjuang untuk merubah aturan yang ada, dengan aturan Islam. "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS. at-Tahrim: 6) Wallahua'lam N Vera Khairunnisa(Pemerhati Masalah Remaja)

SHARE:

Artikel Terkait

Gara-Gara ‘Pesbukers Ramadhan’ MUI Rekomendasikan KPI Bina Khusus ANTV

Quo Vadis Komisi Penyiaran Indonesia?

Ramadhan, KPI Larang Lembaga Penyiaran Tampilkan Penceramah dari Organisasi Terlarang

Menyoal Glorifikasi Eks-Napi Pedofilia dan Hilang Arahnya Visi Media Siar