SUARA PEMBACA

Kali Ini Ia Benar

Sementara kenyataan yang terjadi sungguh dramatis. Dalam sistem yang ada sekarang, perempuan malah menjadi penyangga ekonomi negara. Ikut memutar roda perekonomian karena mandulnya peran penguasa sebagai raa’in dan junnah bagi umat. Alhasil perempuan tercerabut dari fitrahnya sebagai ummu wa robbatul bayt. Inilah kesetaraan yang mereka gadang-gadang sebagai ide cemerlang.

Maka tak salah status yang ditulis oleh ANF. Dalam liberalisme, seperti itulah kondisi seorang ibu dan isteri. Kepuasan materi menjadi tujuan. Maka dengan logika kalkulasi untung rugi, mereka akan merasakan betapa tugas seorang isteri dan ibu sangat berat. Mendapat nafkah minim dari suami yang tak sebanding dengan seluruh daya yang dikerahkan dalam mengurus rumah tangga. Sesat pikir liberalisme.

Dalam sistem liberalisme, perempuan mengagungkan kebebasan.Bebas mengemukakan pendapat, bebas berekspresi. Hingga akhirnya ketika aturan agama dianggap sebagai pengekang kebebasan, dengan mudahnya mencari aturan lain yang lebih fleksibel. Padahal sejatinya Allah Subhaanahu wa Ta’ala memuliakan perempuan, dengan memberinya tanggung jawab sebagai pencetak generasi peradaban mulia.

Liberalisme tidak disandarkan pada halal haram. Tidak melihat bahwa sebuah perbuatan dinilai hasan (baik) atau qabih (buruk). Maka seluruh yang mereka upayakan memang akan merugi. Standard baik buruk bukan menurut Allah. Tapi sesuai masing-masing manusia. Alhasil tak bernilai apapun di hadapan Allah. Peran ibu dan isteri disandingkan dengan pezina adalah suatu hal yang masuk akal bagi pengusung liberalisme.

Jika para penggiat kesetaraan gender sepakat bahwa mengurusi rumah tangga adalah pekerjaan rendahan, ya memang seperti itulah mereka menilai peran seorang isteri atau ibu. Tanpa imbalan surga, seluruh aktivitas seorang isteri atau ibu menjadi ‘zonk’. Mengejar materi demi meraih kebahagiaan. Sebab bahagia bagi mereka, diukur dengan materi.

Sikap mereka merendahkan Islam, menghalangi hidayah masuk. Kepandaian yang tidak dikaitkan dengan iman. Tidak belajar dari sirah bagaimana kuatnya pengaruh para muslimah mengisi khasanah peradaban emas. Para ibu dan isteri salihah yang mengukur aktivitasnya dengan surga, bukan dengan materi. Mencintai Allah dan Rasul-Nya serta mau berjuang bagi kemuliaan umat.

Khadijah dengan perannya besar dalam penyebaran Islam. Sebagai perempuan karir, juga mengurusi rumah tangga dengan kemampuannya yang unggul. Begitu pula Ummu Hisyam Binti Haritsah, muslimah yang ikut sumpah setia melindungi Rasulullah pada Bait Ar Ridwan. Dikabarkan baginya surga. Ia memasak roti bagi keluarganya, juga menghafal hadits.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya
Back to top button