NUIM HIDAYAT

Kemakmuran Indonesia dan Dunia: Mungkinkah?

Indonesia makin ke sini bukan makin makmur. Hutang lebih 7000 triliun. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Jumlah orang miskin menurut Bank Dunia sekitar 60 juta orang.

Tapi apakah para pejabat peduli dengan kemiskinan? Tidak. Presiden terus memperkaya diri sendiri dan anak-anaknya. Ratusan milyar uang menggelontor untuk anaknya. Presiden dan pejabatnya di istana makan bermewah-mewah, sedangkan orang-orang miskin makan telur saja banyak yang tidak mampu.

Menteri, anggota DPR, para jenderal, para pejabat BUMN, walikota, gubernur, anggota DPRD dan lain-lain banyak juga yang bermewah-mewah. Anggota DPR terus mengeruk duit rakyat dengan menerima penghasilan lebih dari 100 juta sebulan, sedangkan rakyat yang diwakilinya banyak hidup susah. Membayar uang kontrakan bulanan susah, membayar uang sekolah anak empot-empotan dan berbagai kesusahan lainnya.

Pedulikah anggota DPR? Kebanyakan tidak. Paling mereka membagikan uang dari negara 100 ribu bagi konstituen yang memilihnya setahun sekali ataupun setahun dua kali. Uang yang dibaginya itu bukan dari kantong dia. Uang yang dibaginya itu dari kesekretariatan DPR, alias uang negara. Maka jangan heran anggota DPR rumahnya mewah-mewah dan mobilnya pun berderet. Uang sidang, uang kunjungan ke luar daerah atau ke luar negeri yang jumlahnya ratusan juta masuk ke kantong tanpa rasa bersalah.

Menjadi anggota DPR adalah menjadi karyawan yang terenak di dunia. Bayangkan dia punya asisten yang digaji negara. Dia bisa sebulan absen gak masuk dan penghasilannya utuh. Paling hanya dipotong uang sidang.

Seorang ‘wakil menteri’ pernah cerita, bahwa ia harus membawa uang ‘sekardus indomie’ ke anggota DPR agar anggaran yang ia ajukan cepat ditandatangani.

Bagaimana dengan para pejabat BUMN? Kalau anda jadi direksi dan komisaris BUMN selamat bermewah-mewah. Penghasilan ratusan juta tiap bulan di tangan. Belum nanti akhir dapat pembagian ‘bonus tantim’. Setali tiga uang dengan anggota DPR, mobilnya pun ratusan juta atau milyar harganya. Rumahnya pun mentereng.

Presiden, para Menteri dan pejabat di seputar istana, jangan ditanya lagi kemewahannya. ‘Ratusan juta’ diperoleh tiap bulan, belum nanti uang siluman yang masuk kas Menteri. Kalau presiden jangan ditanya pendapatannya. Karena tidak ada yang berani periksa pemasukan uang ke presiden, presiden ‘bebas saja mengatur’ peredaran uang ke kroni dan keluarganya. Kongkalikong pengusaha dan importir dengan istana bukan lagi rahasia umum.

Para jenderal mungkin gajinya tidak begitu besar. Tapi jangan lupa pengusaha-pengusaha di negeri ini sudah tahu bagaimana agar bisnisnya lancar harus baik-baik dengan para jenderal. Entah ada atau tidak dii negeri ini jenderal yang hidupnya sederhana, kebanyakan bermewah-mewah sebagaimana para pejabat lainnya.

Begitulah negeri ini diatur. Uang negara dijadikan bancakan dulu para pejabat, baru sisanya untuk rakyat. Selama para pejabat bermewah-mewah, rakus harta, jangan harap kemakmuran akan ada di negeri ini. Lima tahunan pemilu hanya pesta saja. Aturan dan kerakusan tidak berubah.

Ekonomi Dunia?

Ekonomi dunia hampir sama pengaturannya dengan ekonomi di negeri kita. Dunia diatur oleh orang-orang yang rakus. Sistem ekonomi internasional dibuat agar negara yang kaya terus kaya, dan yang miskin terus berhutang.

Lihatlah bagaimana dolar dan poundsterling terus dikendalikan agar nilainya selalu tinggi di dunia, sedangkan rupiah terus anjlok. Perbankan internasional dipermainkan agar orang—orang kaya di dunia terus makin kaya dengan bunga bank yang ia tarik tiap bulan. Sementara orang-orang miskin tercekik dengan bunga bank yang kadang tidak masuk akal.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button