SUARA PEMBACA

Ketua DPR Matikan Mikrofon, Kebebasan Berpendapat Tidak untuk Semua?

Pula di masa Bani Umayah, pada suatu hari Atha’ Bin Rabbah Rahimahullah, seorang alim di masa generasi Tabiin, mendatangi Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik.

Ketika beliau datang, ada pula beberapa pejabat Hisyam yang sedang berbincang-bincang. Melihat kedatangan Atha’ yang kaharismatik itu, mereka pun menghentikan pembicaraan.

Pada saat itu Atha’ mengingatkan bantuan pemerintah untuk penduduk Najd, Hijaz, dan daerah perbatasan. Hisyam menyanggupi semuanya, hingga Atha’ mengingatkan tentang jizyah bagi para ahlu dzimah. Supaya ditegakkan sebatas kesanggupannya. Khalifah Hisyam pun menyetujuinya.

Tak hanya itu pada kesempatan itu Atha’ juga menasehati Khalifah Hisyam dengan mengatakan: “Wahai Amirul Mukminin. Bertakwalah kepada Allah, karena anda diciptakan sendirian, matipun sendirian, di Padang Mahsyar (bertanggung jawab) sendirian, dan di hisab sendirian. Demi Allah tidak ada seseorang yang engkau lihat.”

Hisyam Bin Abdul Malik pun tertunduk dan menangis. Ketika itu pula Atha’ beranjak pergi untuk pulang.

Demikianlah teladan para pemimpin muslim yang senantiasa memberikan ruang untuk dikritisi ataupun diberikan nasihat. Hal ini menggambarkan bahwa dalam Islam kekuasaan adalah amanah yang nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Berbeda dengan sistem demokrasi kapitalisme yang memandang kekuasaan ataupun jabatan adalah ajang mencari kebahagiaan duniawi. Wallahu a’lam.

Diana Nofalia, Penulis tinggal di Riau.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button