Khotbah Iduladha KH Muhyiddin Junaidi: Keteladanan Nabi Ibrahim AS dalam Memimpin Umatnya
Perbedaan status sosial sesama bangsa Arab dan umat Islam semakin nyata dan memperihatikan. Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menciptakan keonaran dan kekacauan. Ketimpangan sosial ekonomi sesama umat Islam dari etnis yang sama menimbulkan kecemburuan, hilangnya kepercayaan dan rasa kepedulian sosial. Islamic brotherhood ukhuwah Islamiyah, hanya sebatas slogan dan pemanis saja.
Kondisi seperti inilah dimanfaatkan oleh musuh umat Islam yang senantiasa berusaha menciptakan permusuhan dan perpecahan. Keberhasilan Nabi Ibrahim juga ditopang oleh sikapnya yang sangat penyabar dan tawakal dalam menghadapi berbagai tantangan, cobaan dan dinamika kehidupan rakyatnya. Ia sabar menunggu puluhan tahun belum dikaruniai keturunan, Ia bertawakal meninggalkan keluarganya guna memenuhi panggilan tugas dakwah ke Palestina.
Ia sabar dan patuh terhadp hukum Allah saat diperintahkan Allah untuk menyembelih putra kesayangan Ismail AS. Ia mengutamakan untuk mengadu kepada Allah seraya mengharapkan petunjuk sebagai modal utama dari pada mengeluh dan berkelu kesah kepada publik guna menadapatkan belas kasihan. Karena Beliau amat sadar bahwa pemimpin itu adalah pelayan rakyat, khodimul ummah, yang harus memberikan pelayanan terbaik bagi rakyatnya, bukan sebaliknya.
Semoga Allah menganugerahkan kepada bangsa Indonesia pemimpin yang mewarisi keperibadian Ibrahim AS, prophetic leader yang menjaga keseimbangan dalam berhubungan. Hablun Minallah Wahablun Minnas, hubungan vertikal dan horizontal. Amien Ya robbal Alamien,
- Sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup.
Wahai orang beriman mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan menegakkan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar. (QS Al Baqarah 153).
Sabar adalah salah satu sikap terpuji dan tak mudah dilakukan kecuali oleh orang orang punya Iman kuat dan sikap istiqomah yang tinggi bahwa Allah tak akan menguji hambaNya diatas kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Semakin tinggi jabatan dan status sosial seseorang semakin berat pula cobaan dan tantangan yang dihadapinya. Sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, Ahsana Taqwim, manusia sudah dibekali akal, emosi, syahwat dan kita suci sebagai fondasi utama dalam menara kehidupan ini.
Dibalik ujian dan cobaan itu pasti ada hikmahnya yang hanya bisa dipahami oleh orang yang bijak atau ulil albab. Bahkan cobaan adalah bagian dari dinamika hidup. Para Rasul, Nabi dan auliya Allah yang merupakan hamba pilihan Allah juga mendapatkan ujian dalam mengemban amanah Allah. Ujian tersebut berbeda dari satu Nabi ke Nabi yang lain disesuaikan dengan problematika umat saat itu.
Semua itu adalah bukti kemaha besaran Allah. Kita bisa membaca kisah dan perjalanan hidup mereka dalam sejarah perjuangan Anbiya sepanjang zaman. Ternyata cobaan dan rintangan yang mereka alami menjadi pra syarat untuk meraih kemenangan dan keberhasilan.
Allah sudah mengingatkan umat manusia bahwa sabar atas cobaan hidup dan syukur nikmat adalah sunatullah dimana tak ada seorangpun yang bisa menghindarinya. Oleh karena itu kita diminta untuk berbaik sangka kepada Allah. Dalam hadits Qudsi Allah menegaskan sebagai berikut:
Aku adalah Allah, tak ada Tuhan selain Aku, siapa yang tak bersyukur atas segala hikmat yang Aku anugrahkan dan tak sabar atas cobaan yang Aku berikan serta tak ridlo atas qada dan taqdirKu, maka hendaknya ia mencari tuhan selain Aku.
Ada tiga macam sabar dalam islam yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menegakan kebenaran/kepatuhan dan sabar dalam menghadapi kemaksiatan.