OPINI

Krisis Rohingya: Bagaimana Respons Kaum Muslimin yang Seharusnya?

Hanya bermula dari suatu ide, etnis Rohingya dihadapkan pada situasi yang sangat tragis dan melanggar Hak Asasi Manusia. Operasi Genosida, yang merupakan operasi militer pemusnahan suatu etnis pun mereka alami. Pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan pada perempuan dan anak-anak pun junta militer Myanmar lakukan di bawah pimpinan Biksu Ashin Wirathu, yang merupakan pemimpin dari gerakan anti-Muslim di Myanmar.

Jadi, Sebenarnya Siapa yang Salah?

Merujuk dari sejarah dan fakta yang ada, yang menjadi akar permasalahan adalah Islamophobia pada masyarakat Myanmar yang menganggap muslim Rohingya sebagai ancaman. Selama masa kolonialisme Inggris, Myanmar mengalami politik pecah belah dimana Inggris mempekerjakan banyak dari orang-orang Rohingya, Bangladesh, dan India.

Sementara itu, masyarakat Buddha pada saat itu berusaha untuk melawan Inggris. Politik pecah belah yang dilakukan oleh Inggris telah menambah kebencian masyarakat Buddha di Myanmar pada saat itu terhadap orang-orang Rohingya.

Akibat kolonialisme, ide nasionalisme berkembang yang akhirnya mendarah ke dalam diri masyarakat wilayah jajahannya. Sehingga, terjadilah perpecahan antara masyarakat Buddha Myanmar dengan masyarakat Rohingya.

Selain itu, nasionalisme juga sering dijadikan dalih untuk menyebarkan sentimen Islamofobia oleh Buddhis radikal di Myanmar. Etnis Rohingya sering dipandang dari agama yang dianut oleh mereka, bukan karena nenek moyang mereka yang sudah lama tinggal di Myanmar.

Ide nasionalisme ini juga disebarkan ke negeri yang lain termasuk negeri-negeri kaum Muslimin. Sekat-sekat yang dibuat oleh nation state membuat masyarakat memandang bahwa permasalahan yang terjadi pada negara lain sebagai masalah asing yang tidak berhubungan dengan mereka.

Tidak dapat dipungkiri, pengusungan ide nasionalisme ini rupanya juga terpatri dalam diri masyarakat Muslim di sekitar kita. Menghadapi kasus Rohingya, masih banyak umat Muslim yang ikut terbawa propaganda Wirathu dan kawan-kawan.

Sebagian besar masyarakat menganggap pada bangsa sendiri masih banyak permasalahan yang belum tuntas, sehingga enggan untuk membantu masyarakat asing yang sedang mencari perlindungan akibat penyiksaan yang terjadi di negaranya.

Padahal, penderitaan yang dirasakan oleh etnis Rohingya serupa dengan yang dirasakan oleh masyarakat Palestina. Penjajahan, genosida, pembantaian, semuanya terjadi dan dialami oleh keduanya.

Tidak hanya itu, permasalahan yang dialami oleh masyarakat Rohingya tidak hanya berasal dari negara asalnya, namun juga berasal dari sekitar pengungsian Cox’s Bazar di Bangladesh.

Hadirnya sekelompok orang yang memanfaatkan ketidakberdayaan pengungsi Rohingya hingga melibatkan mereka ke dalam penyelundupan narkoba dan perdagangan manusia. Ketidakseriusan PBB dan ASEAN terpampang nyata dalam menangani kasus ini.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button