LAPORAN KHUSUS

Ma’had Al-Zaytun, NII KW IX dan Intelijen, Apa Hubungannya?

Ketika mewakili Presiden Megawati Sukarno Putri berkunjung ke Ma’had Al Zaytun di Hergeulis, Indramayu, Jawa Barat pada 14-15 Mei 2003 silam, ASPG malah menyebut Hendro sebagai ‘pemilik’ Al Zaytun. Puji-pujian dan sanjungan juga keluar dari mulut ASPG untuk dedengkot BIN yang dia sebut sebagai sahabat karibnya itu.

“…Selamat datang, kunjungannya ke Ma’had Al-Zaytun ini. Ini sebenarnya bukan satu kunjungan. Tapi pemiliknya datang kembali; yang sudah agak lama. Kami, kalau sahabat tidak ketemu sepekan, …itu rasanya, Subhanallah,” ujar ASPG.

Merasa tersanjung dengan pujian selangit dari ASPG, Hendropriyono tak kalah tingginya dalam menyanjung Panji Gumilang. Ia bahkan terang-tarangan melamar menjadi bagian dari Keluarga Besar Ma’had Al Zaytun.

“Ini semua Badan Intelijen Negara adalah saudara-saudara Bapak/Ibu sekalian, diterima atau tidak diterima, mendaftar sebagai saudara dan pengikut Al-Zaytun,” ujar Hendro disambut tepuk-tangan amat riuh dari para hadirin.

Dalam kesempatan itu, Hendro juga menceritakan tentang sepak terjangnya dalam membela Al Zaytun. Ia malah mengatakan bahwa kalangan yang menganggap Al Zaytun sesat adalah orang yang sesat dan membaca buku-buku iblis.

“Bukunya orang yang iri hati. Bukunya orang yang iri hati!! Mudah-mudahan dia segera bertobat,” kata Hendro.

Pembelaan Hendropriyono terhadap Al Zaytun juga tidak main-main. Dalam pidatonya mewakili Presiden Megawati itu pula Hendro menyatakan akan menghajar siapapun yang menghujat Al Zaytun.

“Semasa saya masih kuat dan ada kuasa –begitu harusnya iman kita bukan?– dengan tangan! Kalau ini nanti tidak bisa, dengan mulut. Kalo tidak bisa baru dengan doa. Tapi semasa masih bisa dengan tangan, saya hajar siapa yang mau menghujat terus!,” katanya sambil mengepalkan tangan kanannya memperagakan gerakan memukul dengan tangan kanannya, di hadapan para hadirin, diikuti dengan gemuruh tepuk-tangan yang amat riuh.

Terbukti, hingga kini Hendro masih membela keberadan NII KW IX yang bersembunyi di belakang Ma’had Al Zaytun.

“Al Zaytun itu pesantren dengan nuansa pendidikan, tidak ada politik. Yang datang itu sejak Presiden Soeharto, BJ Habibie dan Presiden Megawati yang diwakilkan oleh saya. Jangan menuduh (Al Zaytun terkait NII KW IX), lebih baik diusut saja,” kata Hendro saat ditanya wartawan tentang keterkaitan Al Zaytun dengan NII.

Hendro juga membantah bila intelijen membekingi NII. “Tidak benar (dibekingi intelijen, red). Kita harusnya mengerti, kita sedang dalam panggung apa. Kita sekarang perang psikologi, perang memutarbalikkan fakta dan fitnah memfitnah,” kata Hendropriyono di Jakarta, Jumat (29/4/2011).

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button