NUIM HIDAYAT

Mari Kita Islamkan Yahudi, Nasrani, Ateis…

Pendidikan militer yang dulu di tanah air, menyatukan Al-Qur’an dalam kehidupan militer sehari-hari. Di Amerika, para perwira dididik dengan Pendidikan sekuler. Militer dijauhkan dari Al-Qur’an. Militer dijauhkan dari Islam. Militer dididik bahwa semua agama sama. Bahkan mereka dididik untuk cenderung ‘tidak percaya atau menjauhkan Tuhan dari kehidupan’. Militer dididik bahwa dalam hidup yang dicari adalah jabatan dan kekayaan. Dalam hidup yang dicari adalah nama baik (meski nama baik ditempuh dengan jalan culas atau menipu).

Begitulah cara Amerika menguasai dunia Islam. Amerika tidak melakukan penjajahan konvensional sebagaimana Belanda. Amerika melakukan penjajahan dengan mendidik para perwira militer atau intelektual sipil di Amerika. Di negeri ‘anti Islam’ itu mereka dibina dengan menjauhkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dididik bahwa mereka nanti di negerinya akan melawan kaum fundamentalis yang berpegang teguh pada Al-Qur’an. Mereka dididik bahwa mereka nanti akan berhadapan kaum radikal Islam. Mereka dididik bahwa mereka akan berhadapan dengan kaum intoleran. Mereka dididik dengan ilmu dan sains yang memisahkan ilmu dengan Al-Qur’an/Islam. Mereka dididik bahwa Islam itu agama yang sama saja dengan yang lainnya. Islam agama yang sama dengan Kristen, Yahudi, Konghucu, Budha, Hindu dan puluhan agama lainnya di dunia.

Sejarah keagungan Islam diputarbalikkan mereka. Negara-negara yang keras terhadap ‘ulama radikal’ didukung. Amerika mendukung penuh Saudi, karena Saudi menampilkan ‘Islam yang keras/wahabi’. Saudi menampilkan Islam dalam wujud hokum pidana ‘yang mengerikan’. Saudi menampilkan Islam yang ramah terhadap para raja atau pangeran. Meskipun raja atau pangeran itu sering berbuat dosa besar atau maksiyat.

Amerika mendukung penuh Saudi dalam melawan Syiah/Iran. Sunni-Syiah terus diadu domba, agar tidak mengganggu negara Israel. Israel adalah anak kesayangan, yang tidak boleh diganggu negara manapun. Timur Tengah dipanas-panasi untuk terus perang, agar tidak mengganggu Israel. Timur Tengah boleh hancur, asal Israel terus berjaya. Kaum Yahudi dan kaum Kristen elit di Amerika punya keyakinan bahwa zaman akhir dimenangkan mereka. Zaman akhir bukan dimenangkan kaum Muslim. Makanya jangan heran, para intelektual mereka terus mempropagandakan demokrasi liberal yang dianggap mereka sebagai akhir sejarah, akhir kemenangan manusia.

Pemerintah Amerika boleh menipu banyak warga di dunia. Tapi intelektual di Amerika yang kritis kepada pemerintahnya juga mulai tumbuh. Fitrah mereka sebagai manusia yang ingin mencari keadilan, melihat bahwa negara mereka berada pada jalur yang keliru. Negara mereka ingin menguasai dunia, dengan menguasai militer, media, dan agen-agen intelektual Amerika di dunia ketiga atau dunia Islam.

Para intelektual yang jujur itu ingin mengubah negaranya. Mereka ingin mengubah dunia. Mereka tidak ingin satu negara mendominasi negara lain dan memaksakan nilai-nilainya. Mereka sadar bahwa nilai Amerika atau Barat banyak yang keliru. Nilai kebebasan mutlak manusia, nilai pornografi bebas, nilai dominasi kuat manusia ke manusia yang lemah, nilai dunia manusia adalah seperti dunia hewan (doktrin militer Barat/China/Rusia) dan lain-lain.

Adanya internet, memudahkan para intelektual untuk mencari kebenaran sejati. Kebenaran di dunia ini banyak yang palsu. Lewat penguasa dengan agen-agen intelektualnya plus media massa, sebuah kebatilan bisa disulap menjadi kebenaran. Jarang rakyat bisa keluar dari kungkugan perangkap media massa.

Para intelektual bisa membandingkan mana kitab suci yang asli dan mana kitab suci yang palsu. Mana pemuka agama yang jujur dan mana pemuka agama yang penuh kepalsuan.

Maka jangan heran Dan Brown dengan jujur membuka kedok penuh tipu muslihat di pusat gereja dunia, Vatikan. Seorang penulis Eropa membedah adanya ribuan pemimpin Katolik yang berhubungan seksual dengan pelacur, anak, gadis dan lain-lain. Padahal di ajaran Katolik, pemimpinnya dilarang untuk menikah.

Para sejarawan membedah tingkah laku yang buruk dan sadis yang dilakukan pasukann Salib di Palestina, pasukan Katolik di Andalusia (1490-an), pasukan Portugis dan Belanda di Indonesia dan lain-lain.

Para sejarawan membedah sejarah pendirian negara Israel (1948) yang didukung Amerika dan Inggris. Pendirian negara yang diawali dengan pembantaian ‘ribuan manusia’ dan pengusiran jutaan orang dari Palestina. Pembantaian dan penjarahan tanah terus berlangsung hingga kini.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button