NASIONAL

Menyikapi Perbedaan Pendapat, Ini Pesan Kiai Didin

Bogor (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc mengingatkan umat Islam untuk tidak bermusuhan dalam menyikapi perbedaan.

“Perbedaan pendapat itu kita lihat apa substansinya, apakah perbedaan prinsip akidah atau perbedaan furuiyah, dalam ajaran Islam itu namanya fikhul ikhtilaf yang menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan,” jelas Kiai Didin dalam kajian Ahad pagi (13/5/2024) di Masjid Ibn Khaldun, Kota Bogor.

Menurutnya, jika perbedaannya bersifat prinsip seperti adakah nabi setelah Nabi Muhammad atau adakah kitab suci terakhir selain Al-Qur’an, itu tidak bisa berbeda pendapat.

“Masalah prinsip itu tidak boleh beda, nabi terakhir ya hanya Nabi Muhammad SAW dan kitab terakhir ya hanya Al-Qur’an, tidak ada yang lain,” jelasnya.

“Akan tetapi jika masalah furuiyah (cabang) itu dimungkinkan adanya perbedaan, seperti shalat subuh ada yang qunut dan tidak, shalat tarawih ada yang 23 ada yang 11. Perbedaan soal ini harus disikapi saling menghormati, tetapi akan jadi masalah jika saling mengklaim dirinya lebih benar dari yang lain,” tambah Kiai Didin.

Ia mengingatkan, terkait masalah furuiyah, kalau memang tidak bisa dikompromikan atau disatukan maka harus saling menghormati tapi kalau bisa dikompromikan berdasarkan dalil-dalil yang lebih kuat maka tentu itu lebih baik. “Tetapi jangan kemudian karena berbeda pendapat lalu bermusuhan,” pesan Kiai Didin.

“Dan yang dilarang itu menyikapi perbedaan dengan saling membenci satu dengan yang lainnya apalagi jika sampai mengkafirkan,” tandasnya.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button