OPINI

Mimpi ‘Silicon Valley’ Indonesia, Antara Investasi dan Riset Teknologi?

Landasan takwa inilah yang mendorong ilmuwan muslim untuk melakukan riset dan inovasi, untuk menyelesaikan problematika kehidupan umat. Berbagai riset sains dan teknologi digalakkan untuk kemaslahatan rakyat. Negara pun menjadi penyokong dan penyumbang dana terbesar bagi para ilmuwan untuk menemukan teknologi baru. Tidak heran, jika di masa lampau peradaban Islam dikenal sebagai peradaban sains dan teknologi.

Besarnya dukungan negara terhadap riset sains dan teknologi, tidak terlepas dari paradigma negara dalam Islam. Negara dalam naungan Islam wajib menjaga dan memelihara akal, agama, darah, nasab, harta, kehormatan, kemuliaan, dan nyawa seluruh rakyat. Karena itu, wajib bagi negara menjalankan seluruh politik pendidikan dan perindustriannya untuk mewujudkan kewajiban syariat tadi.

Alhasil, negara wajib membangun strategi untuk mendukung kemampuan negara dalam menguasai sains dan teknologi setinggi-tingginya. Tujuannya untuk mewujudkan peran dan kewajiban negara tadi. Strategi tersebut di antaranya:

Pertama, membangun sistem pendidikan berbasis akidah Islam dan berkepribadian Islam; serta bervisi dunia dan akhirat. Dari sistem pendidikan inilah lahir generasi salih, bermental pemimpin, dan berintegritas muslim; dengan berbagai bidang keahlian, khususnya sains dan teknologi.

Kedua, membangun sistem riset dan inovasi, yakni kemampuan riset yang terintegrasi dengan berbagai pihak, baik lembaga penelitian negara, departemen, dan perguruan tinggi. Semua itu dikendalikan, didorong, dan dibiayai penuh oleh negara.

Ketiga, membangun sistem industri strategis yang mandiri; berbasis pada pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan pertahanan militer secara mutakhir. Kemandirian industri ini meliputi: 1) kemampuan untuk menguasai, mengendalikan, dan menjamin keamanan pasokan aspek-aspek penting industri, yaitu bahan baku, teknologi, tenaga ahli, rancang bangun, dan finansial; 2) kemampuan untuk membentuk mata rantai industri yang lengkap dan menetapkan kebijakan.

Demikianlah beberapa strategi dalam naungan sistem Islam, dalam rangka meningkatkan kemampuan sains dan teknologi setinggi-tingginya secara mandiri dan lepas dari kontrol asing. Alhasil, mimpi mewujudkan kawasan teknologi dan industri selevel ‘Silicon Valley’ bukan pepesan kosong belaka. Hebatnya, semua itu ditujukan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia. Tentunya, strategi ini dapat terwujud, jika sistem Islam dapat diterapkan secara kafah dalam institusi negara.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (TQS. Al-Anfaal [8]: 60).

Wallahu ‘alam bishshawab.

Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2
Back to top button