#Ramadhan Berkah 1445 HMUHASABAH

Ramadhan Berlalu Akankah Berjumpa Lagi?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah naik ke atas mimbar. Lalu beliau mengucapkan Amiin sebanyak tiga kali. Sebagian sahabat bertanya, “Engkau mengaminkan apa?” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan jawabannya, salah satunya:

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya.” (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’, no. 3510)

Ya, orang yang merugi adalah mereka yang dosanya belum terampuni setelah Ramadhan berlalu. Mereka itu yang boleh jadi berpuasa dan qiyamnya, namun di saat yang sama tak mampu meninggalkan berkata dusta, berbuat nista, menyia-nyiakan waktu dan kesempatan serta yang semisalnya.

Ramadhan pergi, tapi bukan kepergiannya yang kutakuti. Tapi setiap kebiasaan yang ada akankah sama? Ibadah yang mungkin berkurang, bukan pada bilangannya tapi kekhusyuannya. Sedekah yang mungkin berkurang, bukan pada jumlahnya tapi keikhlasannya. Akankah Kita bisa melewatinya?

Di bulan Ramadhan waktu subuh terasa ringan dikerjakan, karena hanya berbeda beberapa menit saja setelah makan sahur. Waktu isya yang beriringan sebelum tarawih dilakukan. Lantunan ayat Al-qur’an yang terasa ringan diucapkan. Akankah sama setelah ramadhan ini?

Tapi inilah ironi pasca Ramadhan, Subuh yang kadang hampir kesiangan, Isya yang kadang malas karena kelelahan, membaca Al-Qur’an yang dilakukan kadang-kadang, jamaah masjid yang hanya terhitung dengan jari tangan, puasa sunnah yang terhitung jarang. Sungguh seberat inikah usai kepergiannya? Satu bulan bersama, belasan bulan terlena. Bukankah setelah sebulan iman ditempa, menjadikan pribadi yang lebih baik lagi?

Ya Allah tetapkanlah nikmat iman dan islam dihati kami. Sehatkan badan kami, sampaikan kami pada ramadhan ditahun mendatang. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button