NUIM HIDAYAT

Silakan Megawati ‘Salam Pancasila’, Umat Islam Tetap ‘Assalamualaikum’

Megawati kembali membuat kontroversi. Setelah menyandang gelar profesor honoris causa, kini ia melemparkan gagasan yang mengusik budaya umat Islam. Ketua Umum PDIP ini ingin mempopulerkan Salam Pancasila.

Pernyataan itu ia sampaikan saat meresmikan baileo atau rumah adat Maluku, monumen dan jalan Ir Soekarno di Masohi, Maluku Tengah. Masohi adalah nama kota yang diberikan oleh Bung Karno, yang berarti gotong royong, terinspirasi dari intisari Pancasila. 

Intisari Pancasila adalah kegotongroyongan dari warga bangsa Indonesia, kata Megawati. Dalam hal itulah dia ingin agar pekik ‘Salam Pancasila’ menjadi kebiasaan. “Dulu saya pekikkan ‘merdeka’, orang menertawakan saya. Katanya, sudah merdeka, kenapa pekik-pekik merdeka? Itu sebenarnya saya lakukan untuk mengingatkan bahwa kita adalah bangsa merdeka. Jangan mau dijajah lagi,” kata Megawati, Senin (21/6).

Menurutnya, setelah salam merdeka ini, sebaiknya dilanjutkan dengan ‘salam Pancasila’. “Kalau sekarang saya mau banyak menyebutkan Salam Pancasila. Saya hendak mempopulerkannya. Karena setelah merdeka, kita punya dasar negara Pancasila. Untuk mengingatkan kita kembali sebagai nasionalis yang cinta pada negara ini,” kata Megawati.

Megawati menyatakan, gotong royong harus selalu diingat karena tak ada bangsa yang bisa membangun dirinya sendiri. Dia mengaku sedih karena masih ada saja yang bertempur antarwarga bangsa sendiri. Misalnya di Timur Tengah.

Baca juga: Jaga Persatuan, Megawati Ingin Populerkan Salam Pancasila

Salam Pancasila dan Assalamualaikum

Pernyataan Megawati ini kembali menghadapkan Islam dan Pancasila. Keinginan Megawati untuk mempopulerkan ‘Salam Pancasila’, bisa dibaca ingin menggusur budaya salam umat Islam, ‘Assalamualaikum’. Setelah ‘Salam Campuran Berbagai Agama’ seperti yang sering diucapkan Mega dan beberapa pejabat negara saat ini, diprotes keras MUI, kini Mega mengusulkan hal yang baru.

Seperti diketahui para pejabat di Era Jokowi ini banyak yang salamnya campuran. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, dan Salam Kebajikan. Salam ini tahun 2019 lalu, diprotes keras MUI Jawa Timur. Peringatan keras dari MUI Jatim itu ditandatangani oleh Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum Ainul Yaqin.

Dalam surat itu, MUI Jatim menyatakan bahwa mengucapkan salam semua agama merupakan sesuatu yang bidah, mengandung nilai syuhbat, dan patut dihindari oleh umat Islam. Beberapa kiai, menyebutnya sebagai ‘salam musyrik’. MUI Jatim menganjurkan agar masing-masing pemeluk agama menggunakan salamnya masing-masing. Kaum Muslim menggunakan Assalamualaikum, kaum Kristen menggunakan Shalom, kaum Budha menggunakan Namo Buddhaya dan seterusnya. Tidak usah dicampur-campur. Bila dicampur maka para pejabat mau menggusur budaya umat Islam yang telah berakar kuat jauh sebelum Indonesia merdeka.

Salam Pancasila yang hendak dipopulerkan Ketua Umum PDIP ini juga perlu dikritisi. Mengapa? Jawabannya sama. Salam ini bisa menggusur budaya umat Islam, Assalamualaikum. Silakan Megawati di PDIP  dan BPIP menggunakan Salam Pancasila, tapi biarkan umat Islam menggunakan Assalamualaikum.

Kecenderungan pejabat negara, menyebut-nyebut lafal Pancasila, dikritisi banyak pihak. Ketika Presiden Jokowi menyatakan ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila’, Rizal Ramli misalnya menyatakan,”Tragedi. Kok ada yang doyan ngaku-ngaku Aku Pancasila ya. Apa ndak kebalik: sangat tidak Pancasilais.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button