NUIM HIDAYAT

Soekarno, Pelacuran dan G30S PKI (Bag-4-Habis)

Aidit: ”Ini adalah masalah intern AD dan kita harus tetap di balik layar. Andaikan operasi itu melibatkan massa, akan jelas bagi setiap orang bahwa operasi itu telah disiapkan secara nasional oleh kita, kemudian kita akan diekspos sebagai organisatornya. Maka serangan terhadap para jenderal harus distrukturkan sedemikian rupa, untuk memberi kesan bahwa hal itu adalah sepenuhnya masalah intern AD.

Prof Fic memang cukup detil menggambarkan tentang operasi yang akan dilaksanakan pada 30 September 1965 oleh PKI itu. Fic menulis,

“Rapat ketiga politbiro PKI, yang dibuka pada 28 Agustus 1965 malam, kembali diselenggarakan di markas besar partai di Kramat Raya 81 di Jakarta. Rapat yang diperluas itu dihadiri oleh Aidit, Lukman, Sudisman, sakirman, Anwar Sanusi, Njoto dan Njono, Peris Pardede dan Suwandi alias Djojo alias Seger, Sekretaris CDB untuk Jawa Timur, berpartisipasi sebagai tamu undangan.

Disini, menurut Sudisman, keputusan-keputusan resmi dibuat dengan ‘suara bulat’:

  1. Operasi PKI melawan para jenderal itu harus dilakukan tanpa ditunda lagi.
  2. Itu adalah operasi pembersihan pucuk pimpinan AD yang akan dilaksanakan oleh para perwira progresif revolusioner sendiri.
  3. Pembersihan itu akan menghasilkkan sebuah Ddewan Revolusi, sebuah otoritas baru tetapi bersifat sementara di negeri ini, yang akan secepatnya membubarkan Kabinet Dwikora yang sudah ada.
  4. Untuk menggantikan struktur lama, Presiden akan menunjuk sebuah kabinet Gotong Royong dengan Aidit sebagai Perdana Menteri.
  5. Sementara Komite Tetap Politbiro yang terdiri dari DN Aidit, MH Lukman dan Njoto, akan mengarahkan seluruh operasi itu . Pelaksanaan aspek politis dan miiliternya akan mengikuti garis komando tunggall yang ditempatkan di tangan Aidit.
  6. Njono, sebagai Ketua Komite Jakarta Raya PKI, akan mengarahkan kekuatan para miiliter cadangan yang terdiri dari 2000 anggota Pemuda Rakyat, yang pada waktu itu sedang menjalani latihan militer oleh AURI di Lubang Buaya, yang bisa diperbantukan pada perwira-perwira revolusioner saat menghabisi para jenderal.

Rapat kemudian mendiskusiikan aspek-aspek militer, politis dan teknis dari operasi itu. Juga persiapan-persiapan untuk operasi-operasi serupa yang akann dilaksanakan masing-masing di propinsi di seluruh negeri. Badan-badana lokal yang bertugas melakukan persiapan untuk menculik komando-komando AD lokal adalah Biro-Biro Penghubung Regional. Di bawah pengarahan Sudisman, biro-biro itu beroperasi di semua wilayah utama Indonesia…”

Walhasil, bila kita melihat biografi Soekarno maka tokoh ini sebenarnya tidak layak untuk menjadi teladan bagi kaum Muslimin. Soekarno memang pandai beretorika dan mempunyai semangat tinggi dalam kemerdekaan Indonesia tapi perjalanan hidupnya, baik sebelum maupun setelah jadi presiden, banyak akhlaknya yang tidak terpuji (Baca pula: https://suaraislam.id/hitam-putih-presiden-soekarno/).

Karena itu sekali lagi, tidak layak menjadikan Soekarno sebagai idola bagi kaum Muslimin yang merupakan mayoritas bangsa ini. Apalagi patungnya dibuat dimana-mana. Patungisasi atau idolaisasi Soekarno adalah sebuah pembohongan dan penyesatan sejarah.

Allah Maha Mengetahui detil-detil kehidupan seseorang. Kehidupan seorang hamba, apakah ia saleh atau fasik. Kehidupan seorang pemimpin apakah ia pemimpin yang adil atau pemimpin yang zalim. Wallahu alimun hakim. [SELESAI]

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial dan Politik

Daftar Rujukan:
Victor M Fic, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005
Jenderal AH Nasution, Peristiwa 1 Oktober 1965: Kesaksian Jenderal Besar Dr AH Nasution, PT Buku Seru, Jakarta 2012
Ir Soekarno, Bung Karno, Nawaksara dan G30S, PT Buku Seru, Jakarta 2019
Jules Archer, Kisah Para Diktator, Narasi, 2017
Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu, KPG, Jakarta, 2000
Benedict ROG Anderson dan Ruth T Mc Vey, Kudeta 1 Oktober 1965; Sebuah Analisis Awal, LKPSM Syarikat, Yogyakarta, 2001
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, PT Buku Seru, Jakarta, 2018
Yudi Latif, Mata Air Keteladanan, Mizan, Bandung, 2021
Sekretatiat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi dan Penumpasannya, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1994
Artawijaya, Dilema Mayoritas: Pertarungan Ideologis Umat Islam Indonesia Menghadapi Kelompok Sekuler, Komuniis dan Kristen Radikal, Medina Publishing, Tangerang, 2007

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5

Artikel Terkait

Back to top button