SUARA PEMBACA

Tegangan Tinggi Harga Listrik, Siapa Peduli?

Sengatan harga listrik yang fantastis, jelas tidak akan ditemui dalam sistem Islam. Apatah lagi terjadi saat rakyat berjuang hidup di masa pandemi. Islam tidak hanya mampu menuntaskan wabah dan krisis. Namun juga mampu mengurai benang kusut layanan listrik.

Paradigma Islam memandang listrik merupakan kepemilikan umum yang wajib dikelola negara untuk kepentingan rakyat. Hal ini diambil dari dua aspek.

Pertama, listrik sebagai bahan bakar termasuk dalam kategori api (energi) yang merupakan kepemilikan umum. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: padang rumput (kebun/hutan), air, dan api (energi).” (HR. Ahmad).

Dalam hal ini, termasuk sarana dan prasarana penyediaan listrik seperti tiang listrik, gardu, mesin pembangkit, dan sebagainya.

Kedua, batubara dan migas sebagai sumber energi yang digunakan untuk pembangkit listrik baik oleh PT. PLN maupun swasta, juga merupakan kepemilikan umum. Sebagaimana disebutkan hadis sebelumnya.

Karena merupakan kepemilikan umum, sumber energi seperti batubara dan migas jelas haram dikomersialisasikan, baik oleh negara maupun asing/swasta. Haram pula hasilnya dikomersialiasi seperti layanan listrik saat ini.

Oleh karena itu, tata kelola kelistrikan negara tidak boleh melibatkan bahkan diserahkan secara komersil kepada pihak asing/swasta. Dengan alasan dan dalih apa pun. Karena menjadi tanggung jawab negara menjamin kebutuhan listrik setiap rakyatnya.

Prinsip pengelolaan listrik dalam Islam ini tidak hanya mencegah negara dari krisis listrik yang berkepanjangan dan TDL tinggi. Namun juga menjadi upaya preventif saat kebutuhan listrik tinggi di masa pandemi wabah penyakit.

Maka, saatnya memberikan kesempatan Islam untuk menuntaskan sengkarut layanan listrik. Jelas hanya Islam yang mampu membuang jauh komersialiasasi dan liberalisasi listrik yang menimpa negeri. Apatah lagi di masa pandemi yang membuat rakyat hidup semakin sulit.

“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa Allah menguasai hati manusia, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal [8]:24).

Jannatu Naflah
Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button