INTERNASIONAL

Urgensi Pendidikan bagi Pengungsi Anak Rohingya

Myanmar (SI Online) – Anggota parlemen independen dari Rakhine meminta pemerintah Myanmar menyediakan akses pendidikan kepada ribuan siswa yang tinggal di kamp-kamp pengungsi, lansir Radio Free Asia pada Selasa.

Legislator Khin Maung Latt mengatakan kepada parlemen negara bagian Rakhine bahwa lebih dari 5.000 anak-anak terlantar akibat konflik bersenjata dan terpaksa tinggal di kamp sementara.

Pertempuran antara militer Myanmar dan Arakan Army (AA) yang meminta otonomi lebih besar telah mendorong puluhan ribu penduduk desa pergi meninggalkan rumah mereka di Rakhine utara.

“Ada lebih dari 50 sekolah di wilayah konflik,” kata Khin Maung Latt, mantan anggota Partai Nasional Arakan (ANP), yang mewakili kepentingan etnis Rakhine di negara bagian itu.

“Dua puluh sekolah bahkan sudah tidak memiliki prospek untuk dibuka kembali,” tambah dia.

Khin Maung Latt menyampaikan para pelajar ini juga tidak memiliki kartu keluarga, ijazah, seragam, dan alat tulis karena mereka buru-buru meninggalkan rumah saat terjadi perang.

“Masalah paling penting saat ini adalah mendaftarkan mereka ke sekolah-sekolah di mana mereka dapat menerima pendidikan yang layak pada tahun ajaran ini,” kata Khin Maung Latt.

Khin Maung Latt meminta pemerintah menggunakan dana pendidikan saat ini atau dana darurat untuk menyediakan kelas, guru, dan membantu mereka mendapatkan bantuan dari organisasi bantuan internasional seperti UNICEF.

Khin Maung Latt mengatakan lembaga di Myanmar selain kementerian pendidikan harus ikut memenuhi kebutuhan kepada anak-anak terlantar.

“Kementerian pemerintah yang relevan perlu menjalankan tugas mereka,” kata dia.

Bentrokan bersenjata meningkat di Rakhine, terutama di bagian utara, sejak Maret tahun lalu ketika tentara Arakan mengklaim kelompok etnis mayoritas Budha Rakhine kembali bergabung ke pasukan di daerah itu.

Hampir 10.000 orang, sebagian besar beragama Buddha Rakhine, melarikan diri dari rumah mereka sejak militer melancarkan serangan setelah tentara Arakan menewaskan sedikitnya 13 pasukan di empat pos penjagaan polisi perbatasan dekat perbatasan Myanmar dengan Bangladesh pada Januari.

Tentara Arakan sebelumnya berperang melawan pasukan pemerintah di negara bagian Kachin utara dan negara bagian Shan di timur laut.

sumber: anadolu/radiofreeasia

Artikel Terkait

Back to top button