MUHASABAH

Nasihat untuk Para Pemimpin

Nasihat merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Memberikan nasihat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Hakikat nasihat adalah menghendaki kebaikan bagi saudaranya. Agar ia tak terjerumus ke lembah dosa. Senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba. Yakni tunduk dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada enam kewajiban seorang muslim kepada mukmin yang lain. Apabila saudaranya sakit hendaknya dia jenguk. Apabila dia akan meninggal hendaknya dia ikut menyaksikannya. Apabila bertemu maka hendaknya dia ucapkan salam kepadanya. Apabila dia bersin hendaknya mendoakannya. Dan apabila dia pergi/tidak ada atau sedang hadir -ada di hadapannya- maka hendaknya dia bersikap nasehat kepadanya.”(HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan sahih).

Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata: “Kesimpulannya adalah hendaknya seorang muslim senantiasa menginginkan kebaikan bagi saudaranya, baik ketika dia ada ataupun tidak ada, dan janganlah dia hanya senang mencari muka ketika berada di hadapannya dan menggunjingnya apabila saudaranya itu tidak ada di hadapannya, karena sesungguhnyahal ini termasuk ciri orang-orang munafik.” (Tuhfat al-Ahwadzi [7/44] asy-Syamilah).

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Agama itu adalah nasihat. “ Kami berkata: “Kepada siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan para imam kaum Muslimin serta segenap kaum Muslimin.”

Seseorang yang memberi nasihat diserupakan dengan orang yang menjahit pakaian karena orang yang memberi nasehat kepada orang lain pada hakikatnya adalah memperbaiki orang yang dinasehati, demikian orang yang menjahit baju yang berlubang (ia memperbaiki lubang yang terdapat pada baju tersebut). (Asy-Syarhul Kabiir ‘alal Arba’in an Nawawiyyah, 183). Syaikh Shalih Alu Syaikh mengatakan bahwa nasehat dengan makna “menghendaki kebaikan bagi orang yang dinasihati” adalah makna nasehat berkaitan dengan nasehat untuk para pemimpin kaum muslim dan kaum muslim secara umum.

Menasihati pemimpin yang berbuat zalim merupakan perintah Islam. Mengkritisi dan meluruskan kebijakan salah adalah bentuk amar makruf nahi munkar yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. sudah selayaknya pemimpin itu terbuka menerima kritik dan nasihat dari rakyatnya.

Sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab yang sangat terbuka menerima kritik dari siapapun.

Suatu hari, seorang nenek tiba-tiba menghentikan keledai yang ditumpangi Umar. Nenek itu langsung menceramahinya. “Hei Umar, aku dulu mengenalmu sewaktu kau dipanggil Umair (Umar kecil), yang suka menakuti-nakuti anak-anak di pasar Ukadz dengan tongkatmu. Maka hari-hari pun berlalu hingga kau disebut Umar, dan kini engkau Amirul Mukminin…”

“Maka bertakwalah engkau kepada Allah atas rakyatmu! Barang siapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, dan barang siapa yang yakin akan al-hisab (hari penghitungan), ia akan menghindari azab (Allah).”

Umar pun terdiam mendengar perkataan si nenek. Al-Jarud Al-Abidy yang menemani Umar merasa terganggu dengan sikap nenek tua itu. Al-Jarud berkata, “Hei Nenek, Engkau telah berlebihan atas Amirul Mukminin.”

“Biarkanlah ia…” cegah Umar ra kepada Al-Jarud. “Apa engkau tidak mengenalnya? Dialah Khaulah yang perkataannya didengar oleh Allah dari atas tujuh lapis langit maka Umar lebih berhak untuk mendengarnya, tutur Amirul Mukminin.

Banyak teladan kepemimpinan dari Khalifah Umar bin Khattab. Ketegasannya terhadap kebatilan, kelembutannya pada rakyat yang membutuhkan, dan keteguhannya menjalankan syariat Islam menjadikannya pemimpin teladan sepanjang masa. Bahkan beliau sangat menyukai orang yang mau menunjukkan kesalahannya.

Saat ini yang terjadi justru sebaliknya. Kebijakan salah terus dipuja. Berdusta demi mendapat citra. Dikritik rakyat malah murka. Karena itu, seorang pemimpin semestinya senantiasa bermuhasabah. Apakah sudah memenuhi amanah sebagai pemimpin? Sudahkah melayani rakyat dengan sepenuh jiwa? Sudahkah memastikan kebijakannya tak menzalimi rakyat? Patutlah kita renungkan nasihat baik dari Khalifah Abu Bakar Asshiddiq, “Jika nasihat yang baik tidak memberikan pengaruh bagi perubahan seseorang, maka ketahuilah bahwa hatinya kosong.”

Pemimpin yang baik ialah mereka yang mau mendengar keluhan dan nasihat dari siapapun. Mereka yang mau taat menjalankan syariat Islam. Mereka yang memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Sebab, kepemimpinannya kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Artikel Terkait

Back to top button